Sore ini, saya tetiba merasa lebih santai dari biasanya. Tidak ada notifikasi yang masuk melalui aplikasi pepesanan Whatsapp. Sekitar 20 menit telah berlalu, saya lalu mulai bingung. Tidak biasanya saya berdiam diri begitu lama.
Lalu, saya baru sadar jika pesanku yang terakhir ke staf bagian keuangan belum terkirim. Padahal pesan itu cukup penting. Begitu pula jawabanku ke salah satu pelangganku. Ternyata belum dikirim.
Saya lalu mengambil jalan pintas. Hape kumatikan dan kunyalakan kembali. Hasilnya masih sama, Whatsapp masih belum berfungsi. Langkah selanjutnya adalah mematikan jarigan internet dan menyalakannya kembali. Siapa tahu, ada yang nyangkut di sana (solusi ala orang panik).
Hasilnya masih sama.
Ternyata sore ini aplikasi Whatsapp sedang bermasalah. Karyawanku menyampaikannya kepadaku. Katanya ia lihat melalui twitter salah satu media online.
Bisnis berhenti sementara. Kebanyakan pelanggan berkomunikasi via WA dari beberapa nomor kantor yang disediakan. Saya pun memiliki banyak waktu. Menulis tulisan ini di Kompasiana. Dikelilingi oleh staf marketing yang sekarang tidak tahu mau melakukan apa.
Ah, memiliki banyak waktu luang sama dengan pengangguran bukan? Begitu besarkah dampak aplikasi pepesanan di kehidupan saat ini? Begitu bergantungkah hidup kita melalui gawai pintar yang terkadang terlalu pintar?
Ah, saya jadinnya merindukan teman-temanku. Khususnya di grup perpesana Kompasiana yang kerap menemaniku di waktu senggang. Tapi, kini hilang entah kemana, meskipun saya benar-benar telah menjadi orang senggang.
Entah sampai kapan aplikasi Whatsapp akan berhenti total. Mungkin pada saat kita sudah tidak memerlukannya lagi. Entah sampai kapan....
**
Acek Rudy for Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H