Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Sudah Pernah Coba Meditasi Jalan? Ini Tips dan Triknya

17 Oktober 2022   06:23 Diperbarui: 19 Oktober 2022   10:35 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang Indonesia malas jalan kaki, itu temanya. Perkaranya dimulai dari sebuah riset yang dilakukan oleh ilmuwan Stanford University, warga plus 62 hanya berjalan kaki rerata 3.513 langkah per hari saja. Sangat jauh dibandingkan negara lain. Hong Kong misalkan yang mencapai 6.880 langkah.

Namun riset ini bukan tanpa sanggahan. Disebutkan jika studi tersebut berdasarkan pergerakan di gawai pintar. Melalui Argus, aplikasi pemantau aktivitas. Tentunya hanya orang kota yang berjalan kaki bersama ponselnya. Sementara jauh di pelosok desa, masih banyak yang tidak memiliki hape canggih.

Oke, anggap saja data ini benar. Orang Indonesia dianggap belum sadar pentingnya berjalan kaki. Yang pasti, jalan kaki adalah olahraga yang murah meriah. Bisa membuat diri sehat tanpa harus berbayar.

Selain itu, jalan kaki juga dianggap sebagai salah satu bentuk terapi jiwa. Bisa menambah asupan oksigen, membantu tubuh segar kembali. Menikmati pemandangan yang indah, konon bisa menurunkan emosi negatif. Dan masih banyak lagi.

Tapi, pernahkah kamu, kamu, dan kamu mencoba meditasi sambil berjalan kaki?

Benar, meditasi yang umum diketahui adalah duduk bersila. Tapi, ada juga bentuk lainnya. Bisa sambil berdiri, tidur, termasuk yang akan saya bahas di sini -- meditasi jalan.

Memang sih, jenis meditasi jalan belum terlalu populer. Apalagi umum diketahui jika meditasi itu harus dalam suasana hening dengan bagian tubuh yang bergeming.

Namun demikian, dalam beberapa pelatihan retreat meditasi Vipassana, meditasi jalan cukup lazim masuk sebagai program. Kompasianer Fendy, sohib saya di Komunitas Mettasik pernah menuliskannya. Ia adalah seorang praktisi meditasi.

Baca juga: Meditasi Jalan, Bukan Asal Berjalan, Tapi Juga dengan Kesadaran

Menurutnya, fungsi meditasi secara umum adalah memberikan asupan energi kepada batin. Sebagaimana tubuh yang bisa lelah, udara segar, makanan, tidur yang cukup adalah jalan masuknya energi agar tubuh segar kembali.

Pun halnya dengan batin. Suasana tegang, konflik di sekeliling, serta urusan-urusan yang bikin pening. Semua perihal ini menyebabkan kondisi batin lama kelamaan akan semakin melemah.

Yang tergerus dari batin adalah perasaan, kesadaran, ingatan, serta berbagai betuk mental lainnya. Jika tidak ada asupan energi yang baik, maka akan berpotensi membuat batin menjadi negatif. Lalu timbullah apa yang disebut dengan kondisi pelemahan mental, seperti frustasi, stres, depresi, dan lain sebagainya.

Berbeda dengan meditasi duduk, meditasi jalan adalah semacam pelatihan bagi batin utuk menghadapi aktivitas. Bagi para meditator, latihan meditasi jalan akan membantu mereka untuk tetap sadar (mindfulness) meskipun menghadapi situasi yang dinamis. Alias tidak mudah kehilangan konsentrasi meskipun tubuh bergerak kesana kemari.

Ilustrasi Meditasi Jalan (sumber gambar: mindeasy.com)
Ilustrasi Meditasi Jalan (sumber gambar: mindeasy.com)

Lalu bagaimana caranya?

Yang pertama adalah pemusatan perhatian penuh pada setiap gerakan jasmani. Lalu mulailah melangkah secara perlahan. Dua tahapan yang dilatih adalah:

1. Menyadari gerakan kaki kanan, lalu kaki kiri. Demikian terus menerus.

2. Menyadari saat kaki kanan diangkat, didorong ke depan, lalu diturunkan. Demikian pula dengan kaki kiri, perhatikan hal yang sama. Dan seterusnya.

Kedua jenis Latihan ini bisa dilakukan secara terpisah maupun bersamaan. Bagi pemula yang belum pernah melakukannya, latihan nomor 1 lebih disarankan. Bisa dilakukan kapan saja. Cukup memusatkan perhatian penuh kepada gerakan kaki.

Sementara jenis latihan kedua, memerlukan tingkat konsentrasi yang lebih tinggi. Gerakan yang dilakukan pun lebih lambat. Perhatian tidak hanya terpusat kepada gerakan kaki, tetapi juga pada saat mengangkat, mendorong, dan menurunkan kaki.

Untuk itu, latihan jenis kedua lebih disarankan jika dilakukan pada situasi yang mendukung, seperti pada program retreat meditasi khusus. Selain lebih tenang, ada juga guru pembimbing yang bisa melatih kita untuk tetap menjaga pikiran tidak berkeliaran meskipun tubuh sedang bergerak.

Namun harus diakui, pikiran itu laksana monyet liar. Ia meloncat ke sana kemari tanpa bisa dihentikan. Melintasi waktu menuju masa lalu dan menerobos masa depan. Untuk itu, ada dua trik lagi untuk mengikat monyet pikiran yang senang mengembara. Jenis distraksi ini disebut sebagai gangguan dari dalam.

Untuk jenis latihan pertama, ucapkan dalam hati "kanan, kiri, kanan, kiri" seiring dengan langkah kaki yang menyertainya. Demikian pula pada latihan kedua, ujarkan dalam keheningan, "atas, maju, bawah" atau sejenisnya.

Gangguan kedua berasal dari luar, seperti pemandangan di sekitar, jalan yang ditapaki, ataupun orang-orang yang berkeliaran. Untuk itu, meditator diarahkan untuk melihat ke satu arah saja, yakni arah bawah agak ke depan.

Seperti yang sudah saya sebutkan, meditasi jalan bermanfaat untuk melatih diri tetap dalam kondisi fokus saat sedang beraktivitas dinamis.

Nah, kondisi fokus atau sati (perhatian penuh) dapat membuat diri lebih eling. Manfaatnya jelas banyak. Yang pasti lebih berwaspada terhadap sekeliling. Lalu lebih tenang dalam menghadapi permasalahan. Kemudian lebih bisa mengontrol diri.

Sebagai contoh, pada saat Anda berkendaraan dengan lebih eling, otomatis peluang kecelakaan tidak mudah terjadi. Dan ketika terjebak kemacetan, batin yang tenang akan lebih sabar. Tidak klakson sana-sini, tidak berusaha untuk grasa-grusu, dan lebih santai menghadapi kenyataan. "Emang macet kok."

Begitu pula pada saat ada situasi darurat. Bukannya ikut panik tarik menarik. Batin yang tenang akan lebih jelas menemukan jalan keluarnya. Dalam situasi tertentu kondisi seperti ini disebut juga dengan kreativitas yang berkembang.

Tapi...

Bagi para meditator, ada lagi hal yang lebih dahsyat jika diri melatih meditasi. Yang pertama adalah menyadari konsep anicca (impermenance). Menyadari bahwa segala sesuatu yang terbentuk pada akhirnya akan berubah dan berakhir.

Yang kedua adalah belajar melepaskan kemelekatan. Pikiran tidak lagi menggenggam kemahsyuran masa lalu, tidak lagi menyalahkan tindakan terdahulu, tidak lagi mengkhwatirkan apa yang akan terjadi, dan tidak lagi takut terhadap hal yang belum tentu terjadi.

Mungkin awalnya terkesan sulit. Tapi, sejatinya seseorang tidak akan mahir jika tidak pernah berlatih. Nah, tunggu apa lagi. Lakukan sekarang dan rasakan khasiatnya. Niscaya 3.513 langkah warga RI tidak akan lagi menganggu pikiranmu dan 6.880 langkah orang Hong Kong tidak akan menjadi beban.

Semoga Bermanfaat

**

Acek Rudy for Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun