Entrepreneur adalah penggerak roda ekonomi, pencipta lapangan kerja, tidak tergantung kepada orang lain, dan memiliki peluang untuk lebih sejahtera lagi. Thus, yang terpenting adalah menciptakan manusia-manusia Indonesia yang unggul berkompetisi.
Sudah banyak kursus tentang bagaimana menjadi seorang entrepreneur yang baik. Berbagai jurus A-Z sudah ditelurkan, tapi tetap saja -- Hanya sedikit yang berhasil.
Sebaliknya, si Lazarus dan Daeng Bahar bukan di antara mereka yang pernah mengambil kursus. Peluang ada di depan mata dan mereka mengeksekusinya.
Saya adalah seorang pengusaha, bergaul dengan banyak pengusaha, dan memiliki banyak teman sebagai pengusaha. Tapi, apakah mereka semua entrepreneur?
Tidak semuanya, sodara-sodara. Mengapa?
Karena bagi saya, pengusaha adalah profesi. Dalam teori keseimbangan (Yin-yang) Tiongkok kuno, pengusaha adalah sisi "Yang." Sesuatu yang jelas terlihat dan mudah dikenali. Namun, tidak semuanya bisa disebut sebagai entrepreneur.
Itu karena tidak semua pengusaha berani bermimpi. Tidak semua pengusaha berani ambil risiko. Dan tidak semua pengusaha berpikiran terbuka, konsisten dengan tujuan awal, dan tidak mudah terdistraksi dengan keadaan.
Kebanyakan pengusaha sudah nyaman di zona aman. Mereka adalah oportunis yang menunggu disodorkan kesempatan, bukannya mencari peluang.
Ih, kok ngeri amat sih jadi entrepreneur?
Hmmm... Menurut saya sih, seyognyanya entreprenurship berasal dari dalam dan bukan paksaan dari luar. Sekali lagi, dalam teori "Yin-yang" entrepreneurship mengacu kepada unsur Yin. Sesuatu yang tak terlihat tapi melekat erat. Kendati demikian, si Yin ini juga bukan talenta yang telah dibawa sejak lahir. Menjadi entrepreneur itu adalah tentang keinginan untuk berubah.
Lalu bagaimana caranya?
Pertama, Berani berpikir Berbeda
Saya sudah pernah membahas tentang memanfaatkan niche market dalam persaingan bisnis. Ini adalah tentang berpikir, bersikap, dan bertindak berbeda. Dalam melihat peluang, seseorang seyogyanya tidak boleh menjadi followers. Karena dengan demikian, ia tiada bedanya menjadi sebutir pasir di tengah gurun.
Baca Juga: Memanfaatkan Niche Market dalam Persaingan bisnis