Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Memanfaatkan Niche Market dalam Persaingan Bisnis

6 Oktober 2022   19:46 Diperbarui: 7 Oktober 2022   07:10 1512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membangun bisnis sesuai niche (Sumber: Shutterstock)

Dalam artikel sebelumnya, saya membahas apa itu niche market. Istilah ini mengacu kepada segmen pasar yang sangat spesifik yang memiliki konsumen yang sangat terbatas dengan karakteristik yang sejenis.

Para konsumen terdiri dari kelompok sosial yang memiliki kebutuhan dan ketertarikan yang unik. Hal ini membuat mereka berbeda dari konsumen pasar secara umum. Baik dari sisi strata sosial, letak geografis, kelompok usia, atau jenis kelamin.

Baca juga: Mencari Sesuap Nasi dan Segenggam Berlian di Niche Market

Pada artikel tersebut, saya juga memberikan keuntungan bagi pelaku bisnis yang bermain di niche market. Ada tiga hal yang utama, yaitu: tidak banyak pesaing, profit lebih menjanjikan, dan mudah diingat.

Namun demikian, bermain di ceruk ini bukannya tanpa risiko.

Pasar yang terlalu kecil seringkali tidak memiliki konsumen yang cukup untuk menopang kelanjutan usaha. Apalagi jika produk yang ditawarkan terlalu unik, sehingga tidak ada yang membutuhkan.

Kendala kedua adalah perubahan pasar. Apa yang dulunya niche market, beberapa saat ke depan bisa saja sudah menjadi mass market. Penyebabnya karena berbagai usaha di bidang pemasaran, distribusi, dan penjualan yang dilakukan oleh para pemain yang terjun ke kolam yang sama.

Oleh sebab itu, untuk membidik niche market diperlukan kreativitas tanpa henti.

Kendati demikian, tetap saja niche market adalah pasar yang menarik untuk digarap. Dan setiap usaha memiliki kesempatan yang sama untuk menemukan ceruk ini. Tidak peduli apakah ia adalah produsen, pemodal usaha besar, atau UMKM.

Anda hanya membutuhkan kejelian untuk menemukan formulanya.

Contoh...

Mari kita beranjak ke sebuah jalan dengan puluhan penjual buah yang berjejeran. Jalanan tersebut sudah dikenal lama sebagai pasar buah, menjadi tujuan warga kota yang ingin membeli buah.

Para pemilik kios adalah pelaku usaha di mass market.

Lalu saya juga ikutan menyewa sebuah kios di sana, menjual sayur kepada para pembeli buah yang sudah banyak di sana.

Lama kelamaan, semakin banyak yang tertarik. Bukan hanya pembeli buah regular saja, tetapi juga emak-emak warga setempat yang datang untuk membeli daganganku.

Meskipun saya berada di pasar yang mass market, saya sebenarnya telah berhasil membentuk ceruk pasar yang berbeda dari letak geografis. Tidak ada penjual sayur lain yang berada di wilayah sekitar. Saya yang pertama dan satu-satunya.

Contoh lainnya...

Saya adalah salah satu pemilik kios buah di Pasar Buah. Selama ini pembeli buah langgananku hanya datang dan pergi. Lalu sebuah ide baru muncul di benakku. Memanfaatkan buah-buahan yang tidak laku karena sudah hampir layu, lalu mengolahnya menjadi jus. Ternyata laku!

Lama kelamaan semakin banyak yang datang. Saya pun menyediakan tempat duduk. Dari yang awalnya hanya dua meja, kini menjadi semakin banyak. Lapak saya pun berubah menjadi kafe jus.

Memanfaatkan Niche Market dalam Persaingan Bisnis (gambar: republikseo.net)
Memanfaatkan Niche Market dalam Persaingan Bisnis (gambar: republikseo.net)

Saya menyasar pelanggan baru, yakni mereka yang mau duduk nongkrong. Kebanyakan adalah anak mahasiswa. Para konsumen gaya hidup. Dengan demikian, saya membentuk ceruk baru -- Niche market dari kelompok usia tertentu.

Contoh lainnya lagi...

Pasar buah sudah terkenal di seantero kota. Investor besar pun tertarik untuk menggarap pasar disitu. Alkisah sebuah perusahaan retail raksasa pun membeli tanah di sana. Dibangunlah supermarket yang menjual produk-produk segar. Termasuk buah-buahan.

Jenis buah yang ditawarkan lebih mahal dari jejeran kios buah di pinggir jalan. Tapi, dari sisi kemasan, terlihat lebih eksklusif. Toko tersebut juga menjual buah-buahan impor. Dari Kiwi Australia hingga Apel Washington.

Konsumennya terdiri dari kalangan atas. Para penggemar buah dan juga kenyamanan. Harga tidak masalah, yang penting lengkap. Toko baru itu membentuk ceruk baru, menyasar konsumen kelas atas. Dia bermain di niche market, kelompok dari strata sosial yang spesifik.

**

Seyogyanya niche market bukanlah hal yang kompleks. Setiap usaha selalu memiliki peluang untuk menggarap ceruk baru. Dan ceruk baru bukan berarti sesuatu yang benar-benar baru.

Konsumen yang sama bisa saja mempunyai kebutuhan yang berbeda. Atau produk yang sama bisa juga dikemas dengan cara berbeda. Begitu pula dengan toko yang sama tapi memberikan perbedaan dalam pelayanan.

Jika kamu jeli dan mampu melayani kebutuhan yang unik ini, maka kamu telah menciptakan niche market.

Untuk itu ada 3 langkah yang biasanya dilakukan, yakni:

First Mover Advantage

Istilah ini mengacu kepada keuntungan dari siapapun yang pertama kali memulai. Cobalah identifikasi, apakah di seputaran wilayah bisnismu ada kelompok masyarakat yang kebutuhannya belum dipenuhi?

Jika ada, maka jadilah yang pertama untuk melayani mereka. Tidak peduli produk baru atau yang sudah ada, jika Anda menjadi yang pertama memulai, maka Anda telah berhasil menggarap niche market di wilayah bisnismu.

Strategi Diferensiasi

Terkadang produk yang sama jika dikemas berbeda akan menarik konsumen baru. Toko baju desainer contohnya. Bisa saja model yang serupa dijual lebih murah di pasar baru. Tapi, dengan penjenamaan tertentu, ceruk pasar yang dibidik juga berbeda.

Selain baju, strategi ini jamak diadopsi oleh minuman kekinian. Cobalah lihat di sekitarmu, berapa banyak jenis merek minuman segar dalam kemasan. Isinya bisa saja sama-sama teh susu, tapi dengan sedikit campuran sana-sini, produknya pun menjadi berbeda.

Strategi Layanan

Terkadang layanan bisa membedakan pasar. Customer service seringkali dianggap sebagai pendukung penjualan. Namun, dalam beberapa kasus pelayanan yang berbeda juga bisa menimbulkan ceruk pasar yang berbeda.

Sebagai contoh, menjual bahan kue dengan bonus kursus membuat kue. Dengan memberikan tambahan pengetahuan, si penjual bahan kue menciptakan ceruk tersendiri -- para pelaku umkm penjual kue.

**

Sebagai pebisnis, seringkali kita terjebak dengan keputusan "banyak semut banyak gula." Tidak heran jika kita banyak menemukan para pelaku usaha menjajal bisnis yang sama. Asumsinya adalah pasar tersebut masih besar.

Lalu untuk membuat perbedaan, maka pebisnis akan terjebak dengan menjual barang yang lebih murah atau memberikan bonus sana-sini. Keuntungan menjadi hal yang kedua, yang penting menarik pelanggan dulu.

Lama kelamaan, profit yang didapatkan dari hasil usaha sudah tidak cukup memadai untuk menyokong keberhasilan perusahaan. Tidak tertutup kemungkinan, toko tutup.

Berpikir berbeda dengan menggarap ceruk pasar tertentu akan membuat perbedaan dalam berbisnis. Sekali lagi, tidak perlu berpikir terlalu rumit. Dalam setiap lini usaha, selalu saja ada peluang ceruk pasar di dalamnya.

Anda hanya perlu berusaha sedikit lebih kreatif untuk menjadikan diri Anda berbeda dari yang lainnya. Namun demikian, bukan berarti tanpa risiko. Berpikir unik dengan logika yang membumi adalah kunci kesuksesan.

Pada akhirnya, bukankah seseorang atau sesuatu lebih mudah dikenal karena keunikannya?

Semoga Bermanfaat

**

Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun