Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makna Suguhan Teh China, Bukan untuk Tamu Biasa

3 Oktober 2022   05:22 Diperbarui: 3 Oktober 2022   05:27 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makna Suguhan Teh China, Bukan untuk Tamu Biasa (gambar: thoughtco.com)

Teh sudah ditemukan oleh bangsa China sejak ribuan tahun lalu. Tidak heran jika teh china (Chinese tea) sudah menjadi salah satu penjenamaan dunia.

Teh bagi orang Tionghoa juga merupakan bagian dari budaya. Pada pesta pernikahan ada upacara te-pai. Sebuah penghormatan tertinggi kepada orangtua dan keluarga yang dituakan. Bermakna sebagai ucapan terima kasih atas segala jasa yang telah diterima oleh kedua mempelai.

Di film-film silat, seringkali kita melihat seorang master Kungfu mengharuskan murid-muridnya untuk menuangkan teh. Prosesi itu semacam komitmen tidak tertulis bahwa si murid bersedia menerima pengajaran gurunya.

Dan masih banyak lagi....

Saat berkunjung ke China, toko yang menjual aneka macam teh menjadi tempat yang tidak bisa terlewatkan. Jenisnya banyak, semuanya harum dan segar. Harganya pun bervariasi. Dari yang tidak memberatkan dompet hingga batas maksimal kartu kredit.

Berhati-hatilah jangan sampai kalap. Karena jika tidak maka ratusan hingga ribuan Yuan akan melayang dengan cepat. Sebabnya teh memang menarik.

Sejatinya, teh di zaman china kuno bukanlah minuman melainkan obat. Lalu kemudian berevolusi dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya China.

Teh yang diketahui berusia paling tua adalah teh hijau. Ia dibuat dari pucuk baru daun teh dan dikeringkan. Tidak banyak proses campur tangan teknologi dalam pembuatannya.

Setelah itu teknik fermentasi ditemukan. Teh hitam (teh merah) menjadi produk pertama dari hasil fermentasi tersebut. Daun teh melalui beberapa tahapan. Sebelum dikeringkan, harus dilayukan dan diuleni. Nama china dari jenis ini adalah Teh Pu'er. 

Lalu muncullah beberapa varian dari hasil fermentasi. Seperti teh oolong yang populer di restoran-restoran china. Pengelohannya memadukan antara teknik tradisional dan fermentasi. Menghasilkan citarasa yang lebih kuat dari teh hijau namun tidak sekental teh merah.

Lalu ada juga dieguanyin. Teh ini adalah jenis premium dari teh oolong yang berasal dari provinsi Fujian.

Selain dari daun, bangsa China juga banyak mengembangkan teh dari bunga. Yang paling populer adalah teh Seruni (Cryshanthemun tea) yang ditemukan pada zaman dinasti Song (960-1279).

Jangan kira jika hanya kopi yang bisa dibuat dari kotoran hewan (kopi luwak). Di China ada juga teh sejenis itu. Asalnya dari kotoran panda yang diolah ulang sehingga disebut sebagai Dung Panda Tea. Mau tahu harganya? Sekitar 1 miliar per kilogram.

Jika kamu menganggap Teh Dung Panda masih murah, cobalah ke China dan bertanya-tanya tentang teh Da-Hong Pao. Saya jamin para penjual teh akan melihatmu dengan terheran-heran.

Sebabnya jenis teh yang satu ini merupakan varietas warisan dari Dinasti Ming. Konon jenis pohonnya langka dan hanya berada pada daerah tertentu saja. Jangan harap bisa menyentuh pohon tersebut, menanyakan kapan waktu panen, apalagi mencari tahu resep pembuatannya.

Sebabnya pemerintah China telah menetapkan varietas teh ini sebagai warisan nasional yang dilindungi. Tidak banyak orang yang bisa menikmati teh ini. Umumnya adalah pejabat negara kelas atas atau tamu-tamu negara yang terhormat.

Namun, sebagai orang biasa Anda bisa juga menikmatinya. Siapkan saja uang sekitar 17 miliar rupiah dan sekilogram teh ini akan menjadi milikmu.

Selain jenis dan rasa, keunikan teh china juga berasal dari cara menyeduhnya. Sudah lama orang China menganggap teh adalah bagian dari perjamuan tamu kehormatan.

Tapi, jangan harap Anda bisa berbesar kepala jika secawan teh disajikan begitu saja. Itu belum sepenuhnya masuk ke dalam kategori "penghormatan."

Ada tata caranya...

Kembali pada kunjunganku ke China. Setelah beberapa saat, saya masih tampak kebingungan. Si penjual lantas melanjutkan aksinya, ia sepertinya tidak mau kehilangan omzet.

Ia menjamuku layaknya tamu agung. Seperangkat alat pembuat teh pun dihadirkan. Langkah pertama yang ia lakukan adalah menyodorkan sebuah mangkuk berisikan daun teh kering ke hadapan wajahku, tepat di bawah lubang hidung. 

Dengan refleks aku langsung menggerakkan jariku. Maksudnya ingin merogoh beberapa lembar daun teh dari sana. Tapi si penjual berteriak lantang, memegang daun teh itu "haram" dalam prosesi penyajian teh.

Aku cukup menghirup harumnya aroma dari daun teh yang akan disajikan. Menyentuh daun teh akan mengurangi kemurnian dari rasa teh yang akan disajikan.

Dan memang baunya harum...

Nampan pembuatan teh (tea tray), ukurannya sebesar meja tulis portabel anak kecil. Permukannya rata dari kayu. Di atasnya terletak berbagai perlengkapan untuk keperluan menyeduh.

Si penjual lalu membilas daun teh yang masih padat. Bukan karena kotor, tetapi merangsang agar teh dapat berekstrasi dalam bentuk terbaiknya. Air bilasan tidak diminum, tetapi dibuang pada sebuah mangkuk yang khusus menampungnya.

Daun teh lalu dimasukkan ke dalam tea scoop alias alat takaran agar tidak perlu lagi ditimbang. Air panas kemudian diisi ke dalam teko, bercampur dengan daun teh. Tidak pakai lama, hanya berkisar sekitar 30 detik saja dan teh siap disajikan.

Teh pun dituangkan ke dalam cawan. Jangan lupa untuk mengetuk kedua jari secara perlahan di atas permukaan meja, di dekat cawan yang sedang dituang. Gestur ini adalah ucapan terima kasih dari tamu yang dikenal dengan "Kou Shou Li". Ada sejarahnya.

Baca juga: Blusukan Ghaib Soeharto dan Tradisi Kou Shou Li

Tapi, jangan langsung meminumnya meskipun kamu kehausan. Sebagai tuan rumah, si penjual teh harus mempersilahkan tamunya untuk mencicipi teh dalam cawan yang masih segar. Setelah tamu mencicipinya, barulah tuan rumah bisa mulai meminum tehnya.

Itulah bentuk peghormatan...

Konon di zaman dulu, tidak semua tamu mendapatkan penghormatan suguhan teh. Tapi, di zaman sekarang teh merupakan hal yang wajib diadakan. Meskipun terkesan kesakralannya berkurang, namun tidak mengubah semangat yang terkandung di dalamnya.

Teh adalah wadah penghubung dalam kehidupan sosial masyarakat China. Ngeteh adalah media dari berbagai macam aspek kehidupan. Bisa disajikan dalam rapat penting, bisa juga di tengah perbincangan santai.

Teh dipahami sebagai media untuk mencairkan suasana. Sebagai media untuk menenangkan diri dan sebagai media untuk menjalin keakraban.

Begitu pula dengan diriku. Dengan suguhan teh dari si penjual yang baru saja kukenal beberapa saat sebelumnya, ratusan yuan telah kubelanjakan. Belasan jenis teh kubawa pulang dan hingga kini masih duduk manis di dalam lemariku. Belum habis-habis kuseduh. Amsiong dah...

**

Acek Rudy for Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun