Tradisi ini sebenarnya sudah ada sejak zaman bahulea. Bagi keturunan Tionghoa wajib dilakukan sebelum acara pernikahan. Namanya adalah Sangjit. Berasal dari dialek Hokkian, artinya adalah Hari (Jit) Penyerahan (Sang).
Tradisi ini biasanya dilakukan setelah acara lamaran dan sebelum pernikahan. Waktu pelaksanaan biasanya beberapa bulan hingga beberapa hari sebelum hari perkawinan. Acara ini biasanya diadakan secara tertutup, hanya dihadiri oleh pihak keluarga dan kerabat dekat saja.
Dalam tradisi Tionghoa, dijelaskan bahwa pada momen ini kedua keluarga calon pengantin secara resmi bertemu lewat perayaan. Meskipun tidak ada ikrar terucapkan, rangkaian acara sangjit sendiri sudah merupakan pernyataan komitmen dari pihak keluarga lelaki untuk menerima pihak wanita ke dalam keluarga besar mereka.
Prosesi ini termasuk sakral. Ia tidak kalah dengan upacara perkawinan. Oleh karenanya pemilihan hari dan tanggal harus mengacu kepada hari baik menurut perhitungan Fengshui. Jamnya pun harus dimulai dari pukul 10.00 pagi hingga jam 13.00.
Di zaman modern, upacara sangjit sudah jauh lebih sederhana. Walaupun demikian, ada beberapa tahapan yang tidak boleh dilewatkan.
Yang pertama adalah prosesi hantaran
Pada momen ini, pihak keluarga pria akan datang ke rumah calon pengantin wanita untuk membawa beberapa hadiah untuk calon pengantin wanita. Melalui proses hantaran ini, pihak keluarga wanita secara resmi menerima pinangan dari calon pengantin pria.
Apa yang dihantarkan biasanya mewakili status sosial dari pengantin pria. Meskipun sebagian orang mengartikannya sebagai ajang pamer, tetapi makna sesungguhnya adalah kemapanan dan kesiapan calon mempelai pria secara ekonomi.
Jenis-jenis hantaran tidak bisa serampangan. Ada daftar yang wajib ada karena memiliki makna filosofis terhadap perkawinan itu sendiri.
1. Nampan Hantaran
Harus berwarna merah karena itu adalah warna hoki bagi warga Tionghoa. Selain itu nampan harus berjumlah genap. Yang umum adalah 8,12,16, dan 18. Bisa lebih atau kurang, asal jangan berjumlah empat. Karena bagi warga Tionghoa, bunyi fonetik dari angka 4 (shi) sama dengan kematian.