Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Pelaku Usaha, Hati-hati dengan 7 "Jebakan Batman" Supplier

25 September 2022   06:52 Diperbarui: 27 September 2022   03:21 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mendata suplai barang dari pemasok atau supplier. Sumber: Shutterstock/Chaay_Tee via Kompas.com

Sebagai pengusaha, cuan adalah yang utama. Pernyataan ini tidak mengajak para pelaku usaha untuk bersikap serakah. Tapi, sadarilah bahwa tujuan berbisnis adalah menghasilkan keuntungan. Dan memang demikian adanya.

Bisnis adalah proses. Dari pembelian barang hingga penjualan. Di antaranya ada faktor biaya yang harus diperhitungkan. Pada akhirnya keberhasilan diukur dari berapa banyak saldo di bank yang bertambah.

Proses ini cukup kompleks, sehingga untuk menjadi pengusaha sukses, kejelian, ketelitian, kegigihan, dan insting (untuk megambil risiko) adalah empat hal yang harus menjadi satu. Kehilangan salah satunya akan berpotensi membuat bisnismu buntung.

Artikel kali ini akan mengajak pembaca untuk bereksplorasi pada seni membeli barang untuk dijual. Untuk itu maka "tersangkanya" hanya satu wujud saja, yakni Supplier.

Sebagai catatan, supplier adalah suatu entitas bisnis yang memasok barang dagangan kepada pelaku usaha. Dengan demikian, terlepas dari para pelaku industri kecil, distributor, grosir, atau pabrik besar, pemasok adalah supplier.

Kunci bagi pengusaha dalam membeli barang dagangan adalah mendapat harga yang semurah-murahnya. Tidak lupa juga fasilitas lain yang menguntungkan, seperti tempo pembayaran, layanan delivery, layanan purna jual, dan tentu saja staf yang komunikatif.

Namun, harga murah dan servis bukanlah jaminan.

Hubungan antara supplier dan pembeli laksana dua kekasih yang memadu kasih. Diperlukan komitmen untuk membuat hati melayang, namun terkadang juga ada pengkhianatan yang bikin hati hancur berkeping-keping.

Boleh dimaklumi, karena pada dasarnya supplier dan pembeli sama-sama pedagang. Atas nama cuan, si kabayan pun bisa ghosting.

Untuk itu, sebagai pembeli kita harus bersikap hati-hati terhadap "kebaikan hati" supplier. Terkadang apa yang ditawarkan bukanlah solusi terbaik dalam berbisnis.

Berikut adalah 7 "jebakan betmen" yang biasa ditawarkan oleh supplier kepada pembeli. Saya sebut dengan "jebakan betmen" karena apa yang terdengar tidak seindah aslinya.

Nomor 1. Paket Bundel

Saya membeli gula dari pabrik. Tenaga penjualnya rajin berkunjung ke toko seminggu sekali. Saat gula sedang seret-seretnya, supplier tersebut mulai berulah.

Tahu jika barangnya dibutuhkan, ia pun memberi syarat tambahan. Setiap pembelian 1 karung gula wajib membeli 1 pak kopi merek baru. Jika tidak, maka gula tidak akan dijual.

Terkadang karena kita butuh, tutup mata saja. Tapi, siapa yang mau menanggung kerugian dari pembelian kopi baru. Bagaimana jika tidak laku? Jika si supplier bersikeras, mendingan tolak saja. Opsinya bisa membeli via supplier, mengganti dengan produk lain, atau tidak jual sama sekali.

Kalau mau ribut, bisa juga sekaligus menyampaikan kepada supplier tentang Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (sila klik di sini)

Nomor 2. Titip Jual / Konsinyasi (Consignment)

Banyak jalan menuju Roma, banyak jalan memasarkan produk. Salah satu yang paling primitif adalah titip jual.

Menggiurkan bukan? Singkatnya dikasih modal usaha, barang laku baru bayar. Akan tetapi harus diingat, meskipun belum ditagih barang tersebut sudah berstatus kewajiban bayar.

Saya sering menemukan kasus, barang yang dititip pada akhirnya tertinggal hingga masa kadaluarsa. Jika sudah demikian, friksi pun muncul. Si empunya barang tidak terima, mengapa sekarang baru dilaporkan. Akhirnya perdebatan tidak perlu pun harus terjadi.

Apalagi jika pembeli teledor, barang yang seharusnya "laku baru terjual" langsung dibayar. Supplier tidak mau tahu lagi dan barang dagangan tidak laku akan menjadi penghuni rak yang basi.

Belum lagi supplier yang tidak bertanggung jawab, tidak mau lagi peduli dengan barang dagangannya. Tahu jika barangnya tidak laku, gudang kita pun jadi tempat kos-kosan gratis. Mau dibuang takut ditagih, tidak dibuang jadi sumber penyakit.

Pada dasarnya barang yang dijual berdasarkan sistem konsinyasi adalah produk yang belum terlalu diminati. Jangan tergiur dengan "bayar nanti." Ada handling cost di sana. Waktu kerja karyawan terkuras, rak display terisi percuma, dan segala sesuatu yang terlihat sepele padahal sebenarnya berharga.   

Ilustrasi supplier (sumber gambar: fastpay.co.id)
Ilustrasi supplier (sumber gambar: fastpay.co.id)

Nomor 3. Sewa Display

Beberapa supplier menerapkan pola agresif dalam menawarkan produk mereka. Untuk itu ada anggaran promosi yang dikeluarkan untuk menyewa rak/display dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

Caranya, supplier akan menunjuk daerah display yang akan disewa. Pada daerah tersebut biasanya akan dipasang stiker promosi yang menyolok. Karena sudah disewa, supplier pun bebas memajang barang dagangan mereka yang ada di toko pembeli.

Bagi yang tergiur, perhatikan syarat tambahan yang mereka ajukan. Biasanya mereka meminta kelengkapan barang tersedia sebagai salah satu syarat penyewaan.

Katakanlah supplier tersebut menjual 10 jenis barang. Sebagai pemilik toko kita hanya menyediakan 5 jenis saja selama ini. Lalu syarat yang berlaku untuk penyewaan adalah harus membeli ke-10 barang tersebut. Pertimbangkan dulu matang-matang, karena bisa saja berpotensi tidak laku.

Nomor 4. Jangan Tergiur Mulut Manis Berbisa

Terkadang opsi menggiurkan tidak datang dari perusahaan, tetapi dari oknum tenaga penjual. Saya sering menemukan salesman yang mulutnya semanis madu.

Dengan berbagai cara, ia bisa saja menawarkan produk baru yang belum terbukti pasarnya. Jika kita menolak maka ia akan mengeluarkan jurus andalannya, "tenang bos, kalau tidak laku saya bantu jualkan."

Atas nama cuan dan hati yang lembut, barang pun dipesan. Apa yang terjadi jika si tenaga penjual tiba-tiba mengundurkan diri? Atau menangis-menangis meminta maaf, karena memang barang tersebut tidak laku?

Masih banyak janji-janji surga yang digunakan oleh tenaga penjual agar barang mereka bisa laku. Jangan cepat percaya, pikirkan dulu matang-matang.

Nomor 5. Syarat Retur

Sebagian supplier memberikan kemudahan retur barang jika produknya tidak laku. Hal ini sangat memudahkan pembeli agar modal kerja tidak hilang. Tapi harus diingat, retur biasanya hanya berlaku jika sudah tidak laku dijual beberapa bulan kemudian atau pada saat sudah kadaluarsa.

Sekilas tidak ada ruginya. Tapi, karena barang sudah kadung dibeli, aksi membeli barang tidak laku yang bisa diretur sama seperti meminjamkan uang kepada supplier tanpa bunga. Ingat, pengusaha bukanlah badan sosial.

Nomor 6. Tidak Bisa Retur

Ini kebalikan dari nomor 5. Sebelum membeli, pastikan Anda berhubungan dengan supplier yang bonafid. Jika mereka tidak memiliki fasilitas retur barang, sebaiknya Anda seleksi dalam membeli.

Jangan sampai terjadi kesalahan prediksi, sehingga barang menumpuk di gudang dan tidak laku terjual.

Nomor 7. Diskon Kuantiti

Sebagai pemilik toko, Anda tentu sudah memahami berapa banyak barang yang harus tersedia di toko agar modal kerja menjadi lebih efektif. Terkadang supplier akan mencoba membujuk Anda untuk meningkatkan kuantiti pembelian.

Bentuknya bisa berupa diskon khusus, bisa juga berupa bonus barang. Pastikan modal kerja Anda cukup untuk mempertaruhkan risiko ini. Saya beri contoh sederhana,

Produk A rata-rata hanya laku terjual 6 pcs per bulan. Lalu ada tambahan diskon untuk pembelian 24 pcs. Jika Anda paksakan maka produk tersebut akan "ngandong" di toko selama 4 bulan.

Saya tidak terlalu menyarankannya. Mending anggaran pembelian tersebut dialokasikan untuk produk lain yang lebih laku. Meskipun diskonnya kurang, namun modal kerja bisa diputar dengan lebih efektif.

**

Secara singkat ini adalah 7 "jebakan betmen" yang biasanya ditawarkan oleh supplier. Semuanya dilakukan agar omzet penjualan mereka meningkat. Tentu tidak semua jenis penawaran yang sama membuat pemilik toko buntung. Saya hanya menyarankan Anda untuk lebih berhati-hati saja.

Janganlah mudah tergiur. Karena pada akhirnya, tujuan utama kita sebagai pebisnis adalah cuan. Tapi, jangan menjadi hamba "Cuan" sehingga bisnis yang untung akhirnya buntung.

Semoga Bermanfaat

**

Acek Rudy for Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun