Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengulik Kisah Tragis di Rumah Angker Achmadi

19 September 2022   19:49 Diperbarui: 19 September 2022   20:03 26008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Rumah Angker (sumber gambar: merdeka.com)

Siang ini saya berkunjung ke sebuah bank BUMN di bilangan kota Makassar. Saya memarkir mobil di pinggir jalan. Lokasinya tidak terlalu jauh dari bank tersebut.

Saat turun dari mobil, sekilas saya melihat seorang juru parkir. Usianya sudah renta, namun badannya masih kekar. Dari wajahnya, saya bisa menebak jika ia adalah seseorang yang berasal dari Timur Indonesia.

Setelah menyelesaikan segala urusan di bank, saya berjalan kembali menuju mobil. Dari kejauhan saya bisa melihat Daeng Bahar, supir pribadiku sedang berbicara dengan si bapak juru parkir itu.

Ketika kami sudah berada di mobil, Daeng Bahar buru-buru berkata kepadaku. "Itu si P..., dia yang bunuh satu keluarga di jalan Karunrung, Makassar."

Tentu saja saya tidak lupa dengan kejadian pada 1995 silam itu. Bisa dikatakan, peristiwa tersebut termasuk salah satu kasus yang paling tragis di zamannya. Achmadi sekeluarga mati dibantai oleh empat orang tidak dikenal di dalam rumahnya sendiri. Dan salah satunya baru saja berpapasan denganku.

Saya lalu bertanya kepada Daeng Bahar, darimana ia mengenal si P? Menurut Bahar, sebelum bekerja denganku, ia cukup sering nongkrong di pelabuhan untuk kerja serabutan.

Di sanalah Daeng Bahar mengenal P. Salah satu buruh pelabuhan yang cukup aktif. Lalu ketika kejadian nahas pada 12 Mei 1995, si P menghilang entah kemana. Sekitar sebulan kemudian barulah terdengar kabar jika si P dan kawan-kawannya yang menjadi eksekutor pembunuhan keluarga Achmadi.

Motif sebenarnya adalah urusan harta dan warisan keluarga. Si P dan kawan-kawannya hanyalah orang suruhan.

Daeng Bahar kembali melanjutkan. Konon si P ini yang paling terkenal. "Soalnya dia yang paling sadis, bos," imbuhnya.

Menurut Daeng Bahar, perintah yang mereka dapatkan hanya membunuh Achmadi saja. Tapi, si P ini yang mengambil inisiatif. Katanya agar jejak mereka tidak ketahuan. Seluruh keluarga pun akhirnya dihabisi.

Setelah seluruh korban dibantai dengan kapak dan parang, mayat-mayat mereka dibuang ke sumur.  

Mereka yang menjadi korban adalah Achmadi, Samsia (istri Achmadi), empat orang anak bernama Masyita, Indrawan, Adrianto, dan Lisanti, serta seorang ART bernama Piddi.

Agak susah menilai apakah cerita Daeng Bahar ini valid. Karena tidak banyak berita di internet yang mengisahkan tentang kejadian tersebut. Hanya sedikit kronologis yang kemudian disambung dengan kisah mistis.

Iya, Kisah Rumah Angker Achmadi cukup populer di tahun 90an hingga awal 2000an. Sudah banyak cerita yang beredar tentang gangguan makhluk halus di sekitar lokasi rumah Achmadi.

Diambil dari beberapa sumber, warga di sekitar sana sudah terbiasa mencium bau anyir darah. Belum lagi beberapa fenomena aneh tak kasat mata yang terjadi.

Daeng Makka adalah warga yang tinggal persis di belakang rumah Achmadi. Ia bercerita jika pernah ada seorang pengendara motor yang terpelanting hingga masuk ke dalam selokan. Ketika ditanya, si pengendara motor merasa ia baru saja menabrak seorang bocah kecil yang berlari keluar dari rumah Achmadi.

Daeng Makka berkata bahwa tidak ada orang yang tinggal di sana. Rumah tersebut sudah lama kosong. Tanpa berkata apa-apa lagi si pengendara motor langsung melarikan diri.

Daeng Makka juga sering mendengarkan suara tangisan dari bawah pohon. Padahal ketika dilihat, tidak ada satu pun orang di sana. Ia meyakini jika yang menangis adalah salah satu mendiang anggota keluarga Achmadi.

Daeng Bahar juga bercerita tentang beberapa kali tukang becak kena prank. Merasa ada yang memanggil tumpangan, ketika mendekat tidak ada orang di sana..

"Katanya bede (sih), itu setanna Piddie pembantuna. Memang dia tong mi yang sering disuru tuannya panggil-panggil becak kalau mau keluar," pungkas Daeng Bahar.

Ternyata bukan hanya arwah Piddi saja. Sebuah mobil taksi pernah juga terlihat sedang parkir di sekitar rumah Achmadi. Ia sedang menunggu seorang ibu masuk ke dalam rumah mengambil uang. Ketika ditanya, ciri-ciri si ibu mirip dengan mendiang Samsia.

Tidak ketinggalan juga beberapa penjual sayur dan ikan yang melintas di depan rumah. Dagangan mereka cukup sering "dibeli" oleh sosok yang diyakini adalah arwah dari Samsia.

Yang bikin merinding ketika pihak kerabat Achmadi meminta Daeng Makka masuk ke dalam rumah untuk bantu bersih-bersih. Daeng Makka menemukan tiga ekor ikan yang masih utuh, padahal rumah tersebut sudah lama tidak berpenghuni.

Kisah mistis lainnya terjadi saat orangtua Achmadi membagi-bagikan barang peninggalan korban kepada tetangga. Kakak Daeng Makka adalah yang menjadi salah satu penerima warisan. Dalam sekejap, karpet merah rumah Achmadi berpindah tangan ke dalam rumahnya.

Di malam hari, si kakak didatangi oleh arwah Samsia. Ia meminta semua barang-barangnya dikembalikan dengan wajah yang sangat meyeramkan. Kakak Daeng Makka masih bergeming. Keesokan malam harinya, seisi rumah dikejutkan oleh teriakan keras mengerikan. Seperti sedang terjadi pembantaian di hadapan mata.

**

Sekarang menurut Daeng Bahar, rumah tersebut tidak lagi angker. Bangunan lama juga sudah dirubuhkan, dan pada lokasi tersebut kini telah berdiri bangunan baru.

"Katanya yang beli adalah pendatang dari Ambon," ujar Daeng Bahar.

Daeng Bahar tidak bisa menjelaskan, mengapa keangkeran rumah Achmadi berpudar setelah dihuni oleh pemilik baru. "Mungkin kuatki baca-bacana (doanya)," ujar Daeng Bahar kepadaku.

Saya pun tidak ingin melanjutkan lagi. Terlalu banyak kemungkinan yang bisa disimpulkan. Paling tidak kisah pembantaian keluarga Achmadi adalah bagian dari sejarah kelam di kota Makassar.

Saya masih belum habis pikir. Mengapa ada manusia bisa sekejam itu. Membantai satu keluarga tanpa ada keraguan. Hanya legenda Rumah Achmadi yang bisa menjawab.

Meskipun ada kisah dari para saksi, tetapi hal yang sebenarnya mungkin saja terlalu dilebih-lebihkan. Seperti kutipan dari Stephen King, novelis horor terkenal dunia:

"Kita butuh cerita hantu, karena sebenarnya kita semua adalah hantu [setan]"

Kira-kira seperti itulah yang terjadi dengan kisah ini. Sebuah kisah misteri bisa saja tidak seseram apa yang terjadi, namun adalah kita (manusia) yang membuatnya menjadi sadis.

Semoga arwah Achmadi sekeluarga Husnul Khotimah...

**

Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun