Setelah seluruh korban dibantai dengan kapak dan parang, mayat-mayat mereka dibuang ke sumur. Â
Mereka yang menjadi korban adalah Achmadi, Samsia (istri Achmadi), empat orang anak bernama Masyita, Indrawan, Adrianto, dan Lisanti, serta seorang ART bernama Piddi.
Agak susah menilai apakah cerita Daeng Bahar ini valid. Karena tidak banyak berita di internet yang mengisahkan tentang kejadian tersebut. Hanya sedikit kronologis yang kemudian disambung dengan kisah mistis.
Iya, Kisah Rumah Angker Achmadi cukup populer di tahun 90an hingga awal 2000an. Sudah banyak cerita yang beredar tentang gangguan makhluk halus di sekitar lokasi rumah Achmadi.
Diambil dari beberapa sumber, warga di sekitar sana sudah terbiasa mencium bau anyir darah. Belum lagi beberapa fenomena aneh tak kasat mata yang terjadi.
Daeng Makka adalah warga yang tinggal persis di belakang rumah Achmadi. Ia bercerita jika pernah ada seorang pengendara motor yang terpelanting hingga masuk ke dalam selokan. Ketika ditanya, si pengendara motor merasa ia baru saja menabrak seorang bocah kecil yang berlari keluar dari rumah Achmadi.
Daeng Makka berkata bahwa tidak ada orang yang tinggal di sana. Rumah tersebut sudah lama kosong. Tanpa berkata apa-apa lagi si pengendara motor langsung melarikan diri.
Daeng Makka juga sering mendengarkan suara tangisan dari bawah pohon. Padahal ketika dilihat, tidak ada satu pun orang di sana. Ia meyakini jika yang menangis adalah salah satu mendiang anggota keluarga Achmadi.
Daeng Bahar juga bercerita tentang beberapa kali tukang becak kena prank. Merasa ada yang memanggil tumpangan, ketika mendekat tidak ada orang di sana..
"Katanya bede (sih), itu setanna Piddie pembantuna. Memang dia tong mi yang sering disuru tuannya panggil-panggil becak kalau mau keluar," pungkas Daeng Bahar.
Ternyata bukan hanya arwah Piddi saja. Sebuah mobil taksi pernah juga terlihat sedang parkir di sekitar rumah Achmadi. Ia sedang menunggu seorang ibu masuk ke dalam rumah mengambil uang. Ketika ditanya, ciri-ciri si ibu mirip dengan mendiang Samsia.