Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

John Juanda, Raja Judi yang Mengharumkan Nama Indonesia

22 Agustus 2022   06:47 Diperbarui: 23 Agustus 2022   08:10 11012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
John Juanda, Raja Judi yang Mengharumkan Nama Indonesia (gambar: m.industry.co.id)

Judi tidak bisa bikin kaya, judi bukanlah pekerjaan, judi tidak terhormat.

Tampaknya ketiga kalimat tersebut tidak berlaku bagi seorang WNI yang bermukim di Amerika Serikat. Di sana ia dikenal sebagai salah satu raja judi papan atas, dan berhasil menjadi ikon poker dunia.

Jelas ia bukan seorang penjudi biasa. Tapi, ia juga bukan dewa judi seperti pada film-film ala Chow Yun Fat. Ia menghasilkan uang dari berjudi dengan cara yang legal dan terpuji.

Namanya adalah Johnson Juanda (singkat John Juanda). Seorang pria keturunan Tionghoa asal Medan yang kini menetap di California, Amerika Serikat.

Adalah World Series of Poker yang merupakan salah satu seri tunamen porker terbesar dan paling terkenal di dunia. Turnamen ini mempertemukan pemain poker terkemuka dari mancanegara.

Poker adalah permainan kartu remi yang tertua dan sudah lama dimainkan oleh warga AS. Tidak heran jika jenis permainan kartu ini memiliki banyak penggemar di seluruh AS dan juga dunia.

WSOP dimulai pada 1970. Pada saat itu, pemain poker legendaris Benny Binion mengundang tujuh pemain poker terhebat di seluruh AS untuk bertemu dalam satu turnamen di Casino Horseshoe, Las Vegas, AS.

Lama kelamaan kabar mengenai turnamen poker ini pun menyebar luas. Dan semakin hari semakin banyak pecinta poker yang berkunjung ke Las Vegas. Pada 2004, WSOP resmi menjadi turnamen berskala professional yang disponsori oleh Caesars Entertainment Corporation.

Lalu pada 2007, ketenaran turnamen ini pun mendunia. Pemain dan penontonnya melebar hingga ke mancanegara. Las Vegas tidak lagi menjadi satu-satunya tempat penyelenggara. Berbagai negara pun menyatakan kesediaannya menjadi tuan rumah. Cakupannya menjelajahi negara di Eropa, Asia Pasific, hingga Afrika.

Jumlah event yang diselenggarakan pun naik secara signifikan. Dari setahun sekali pada saat pertama kali diselenggarakan, menjadi 90 kali pada tahun 2019. Termasuk di dalamnya adalah 15 event internasional.

Seiring waktu berjalan syarat dan regulasi dari WSOP telah berubah. Pada awal-awal penyelenggaraan turnamen ini, para pemain benar-benar mempertaruhkan uang pribadinya ke meja judi.

Namun, kini format turnamen berubah menjadi kompetisi untuk memperebutkan hadiah dari sponsor. Peserta hanya perlu membayar uang pendaftaran. Jumlahnya tentu sesuai dengan kualitas turnamen dan nama besar penyelenggara.

Namun, tidak semua pemain poker bisa mendaftar. Mereka harus memiliki track record. Setidaknya pernah mengikuti turnamen-turnamen poker bagi pemula yang diselenggarakan secara regional.

Kembali kepada John Juanda.

Pria kelahiran 1971 ini pertama kali pindah ke Amerika Serikat pada 1990. Saat itu, ia berkuliah di Oklahoma State University. Setelah menamatkan program sarjananya, ia lalu pindah ke kota Seattle dan menyelesaikan Pendidikan S2 nya di Seattle University.

Dengan gelar MBA, seharusnya John tidak terlalu sulit untuk mencari kerja di negeri Paman Sam. Tapi, alih-alih memanfaatkan ilmu akademiknya, John justru memilih jalan hidup sebagai pemain Poker professional.

Awal perkenalannya dengan dunia casino adalah pada saat ia kuliah di Seattle, Washington. Negeri bagian AS itu memang melegalkan judi, dengan syarat hanya bisa dikelola oleh keturunan Indian Amerika saja, penduduk asli di sana.

John kepincut dengan poker, dan ia pun meluangkan waktu senggang bermain judi di sana.

Namun, perkenalan John dengan judi tidak dimulai pada saat itu. Sedari kecil, ayahnya adalah seorang pemain judi. Sering kalah taruhan karena setiap berjudi, ia selalu menenggak minuman keras.

John pun trauma dengan kebiasaan buruk ayahnya. Tapi, bukan berjudi melainkan minuman alkoholnya. John lalu melakukan improvisasi, baginya permainan judi bukan hanya masalah keberuntungan, tapi juga konsentrasi, dedikasi, dan strategi.

Dilansir dari Pokerlistings, John memulai karirnya di WSOP pada tahun 1999. Saat itu, sebagai pemula John tidak buruk-buruk amat. Ia berhasil mencatat namanya pada posisi ke-9 dan berhasil meraih hadiah sebesar USD 1.500,-

Dalam dua tahun kedepan, John semakin aktif mengikuti turnamen. Dalam kurun waktu dua tahun (1999-2000), John bermain semakin bagus dan memenangkan hadiah total sekitar USD 600.000 dari beberapa turnamen.

Prestasinya menjadikannya sebagai "The Rising Star" di kalangan pemain poker professional. Namun, ia baru berhasil menjadi juara WSOP pada tahun 2002. Sejak saat itu, John tak terbendung. Ia kemudian lanjut memenangkan series Poker selanjutnya.

Tercatat John menjadi juara dunia lima kali pada 2002, 2003, 2008, 2011, dan 2014. Informasi tentang total uang yang John menangkan bervariasi. Ada yang mengatakan sekitar 28 miliar rupiah, ada yang menyebutkan angka IDR 56 miliar. Tapi, ada juga yang menyebutkan 240 miliar rupiah.

Berapapun itu, pendapatan John dari turnamen poker berhasil membukukan namanya sebagai 10 pemain poker dengan pendapatan terbesar sepanjang masa.  

Ketika diwawancarai oleh sebuah media. John mengungkapkan sebuah hal mulia. Ia tidak akan hidup berfoya-foya dengan uang kemenangannya. Kelak jika ia pensiun, John berencana membangun sebuah rumah sakit di tanah kelahirannya.

Prestasinya ini membuat namanya tercatat pada Hall of Fame. Penghargaan tertinggi bagi pemain poker dunia yang legendaris. Penghargaan tersebut diberikan kepada John, karena prestasi maupun kiprahnya dalam dunia poker professional.

Dilansir dari pokerlistings.com, John dikenal sebagai pribadi yang ramah dan tidak pernah marah. Ia juga selalu berkepala dingin dan tidak emosional saat memainkan kartunya.

Menariknya, dalam sebuah artikel yang dikutip dari majalah Seattle University, John mengatakan alasannya untuk tidak marah karena ia percaya dengan keseimbangan. Melihat segala sesuatu sebagai sebuah fenomena saja. Tidak marah jika kalah dan tidak terlalu bergembira jika menang.

"Saya puas melakukan hal yang terbaik menurut saja, dan tidak memiliki harapan yang terlalu tinggi," pungkasnya.

Dilansir dari Goldsea.com, kenangan buruk tentang ayahnya membuat John tidak pernah menyentuh minuman keras. Tapi, menariknya ia selalu mentraktir lawan mainnya dengan alkohol.

Entah itu adalah kebaikan atau memang bagian dari strategi permainan.

Kiprah John tidak banyak terkespos di Indonesia. Mungkin saja karena di negeri ini, berjudi itu haram dan illegal. Ditambah lagi dengan fakta bahwa negara kita masih terus berurusan dengan perjudian illegal. Bandar judi online yang kini sedang viral dengan sebutan konsorsium 303.

Kenyataan bahwa judi merusak moral bangsa, itu memang benar. Namun, fakta bahwa masalah perjudian sudah menyusup hingga ke segala tahap sosial itu juga tidak bisa dipungkiri.

Menariknya, prestasi John dalam bidang perjudian telah berhasil membawa nama harum bagi Indonesia.

Sampai di sini saya pun masih bingung, apakah saya harus turut senang atau malu. Bagaimana dengan kamu, kamu, dan kamu?

Bagaimana pun juga, Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-77
Jaya Negeriku, Jaya Bangsaku

**

Referensi: 1 2 3 4

**
Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun