Hasilnya, pada 2017 Zimbabwe berubah menjadi negara tanpa tunai. Transaksi digital menguasai 96% dari seluruh transaksi di sana. Mencengangkan!
Nyatanya benar, cashless society hanyalah masalah waktu. Contoh di Swedia dan Zimbawe adalah dua kasus dengan kondisi yang benar-benar berbeda. Istilahnya, "maju kena mundur kena."
**
Saya tidak sendirian, di negara maju saja masih ada juga manusia yang masih enggan menjadi cashless society. Bagaimana pun juga memegang duit di tangan lebih afdol dibandingkan aplikasi digital. Benar gak sih?
Sebelumnya saya sudah mengatakan kepada Reinhard bahwa prinsip orang Tionghoa adalah, tidak ada uang di dompet itu sama dengan tidak ada hoki. Dompet harus kelihatan tebal, meskipun isinya hanya lembaran sepuluh ribu perak.
Ah, mungkin saya termasuk manusia jadul dari zaman bapakmu. Sudah pantas dijadikan dinosaurus. Entahlah.
Pun kiamat ATM sudah dekat. Sebentar lagi mesin-mesin ATM di jalanan akan bernasib sama dengan telepon umum. Teronggok di pinggir jalan, tanpa ada lagi yang mau melirik.
Lalu malam ini saya mendapatkan pengalaman ilahi. Seorang dewa berbisik kepadaku, "sudahlah Acek, lembaran rupiahmu dijadikan jimat saja."
Pengen nangis deh rasanya!
**