Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kopi Terasa Lebih Nikmat Bersama Para Sahabat Nahdlatul Ulama

18 Juli 2022   06:56 Diperbarui: 18 Juli 2022   07:00 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu 17.07.2022, saya terbangun pukul 05:00 pagi. Ada sebuah kegiatan besar yang harus kuhadiri. Menjalankan amanah organisasi tempatku bernaung, perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI).

Namun kegiatan kali ini agak sedikit berbeda. Tidak hanya sekadar ajang ngumpul-ngumpul sembari melakukan bakti sosial. Tapi, lebih dari itu. Bersosialisasi dengan para sahabat kebajikan dari Nahdlatul Ulama (NU).

Sehari sebelumnya di hotel MGH Makassar telah terjadi nota kesepakatan, yang direalisasikan dalam bentuk Penandatanganan Kerjasama (MoU) antara PD INTI Sulsel dan PCNU kota Makassar, dalam rangkaian Muskercab II PCNU Kota Makassar.

Tentu saja acara tersebut tidak sekadar seremoni. Semangatnya adalah memperkuat harmoni kebangsaan di tengah kehidupan mayarakat yang multikultural, khususnya di kota Makassar.

Semangat inilah yang memenuhi isi kepalaku pada saat kopi pertama kusereput pada pagi hari itu. Berbaur dengan rasa toleransi yang kuidamkan selama ini.

Iya, aku berasal dari keluarga Tionghoa. Isu intoleransi telah menjadi bagian dari sejarah. Namun, tentu saja hal tersebut tidak melambangkan manusia Indonesia pada umumnya.

Yang pasti Nahdlatul Ulama akan menjadi lokomotif terdepan dalam melawan seluruh aksi intoleran. Paling tidak itu adalah pesan yang aku dapatkan dari saudara Usman Sofian, Sekretaris PCNU kota Makassar.

dokpri
dokpri

Kendaraanku melaju perlahan di jalan Penghibur, Makassar. Jalanan telah ramai oleh para peserta Muskercab II PCNU Kota Makassar. Baju koko dan peci, terlihat gagah dengan perpaduan sarung. Para sahabat kebajikan baru saja menggelar shalat subuh berjamaah dan Halaqah Aswaja di salah satu masjid di jalan Somba Opu, Makassar.

Saat saya dan beberapa kawan dari Perhimpunan INTI melangkah menuju Warkop Tong San, tempat acara Ngopi Nusantara diadakan, Para sahabat Nahdlatul Ulama menyambut kami dengan senyum sumringah.

Suasana terasa begitu cair, saya duduk di tengah-tengah para ulama bersahaja. Perbincangan mengalir santai, mengisi pagi dengan canda tawa. Bagi saya setiap kata yang keluar pada pagi itu, adalah Dakwah universal yang mengisi kedamaian.

Semangat kebhinekaan telah tersulut, meskipun hanya melalui segelas kopi. "Bukankah segalanya akan beres di warung kopi?" ujar Bapak Dr. H. Kaswad Sartono, M.Ag. selaku Ketua Tanfidziyah NU Kota Makassar yang disambut tawa oleh seluruh peserta.

Bapak Dr. H. Kaswad jugalah yang telah memberi gelar Uztaz Peter kepada ketua INTI Sulsel, Peter Gozal dalam kata sambutannya pada pembukaan Muskercab II PCNU Kota Makassar.  

Perasaan ini berkecamuk, meskipun bukan diriku yang mendapat gelar, tapi jelas ini adalah sebuah kehormatan. Lalu nurani mulai berefleksi. Apakah yang telah kulakukan selama ini untuk menjaga keutuhan bangsa ini?

dokpri
dokpri

Apakah selama ini aku cukup memahami perjuangan sahabat Nahdlatul Ulama? Apakah aku cukup mengenal mereka? Tidak sobat.

Saya berjalan sendiri, mendambakan kehidupan yang penuh harmonis, padahal dunia itu tidak selebar daun kelor. Manusia adalah mahluk sosial, pembauran bukanlah sebuah hal yang mustahil.

Tidak perlu juga digembar-gemborkan. Hal yang sederhana bisa mengubah segalanya. Jangan pula saling menyalahkan, karena refleksi diri itu bisa membawa perubahan.

Saya telah mempelajari sesuatu yang berharga pada hari itu, terilhami dari kutipan Gus Dur, bahwa perbedaan itu fitrah. Dan dia harus diutamakan dalam prinsip kemanusiaan universal.

Tidak ada sekat, tidak ada batas pada pagi hari itu. Kopi terasa lebih nikmat, karena acara Ngopi Nusantara telah mejadi tonggak sejarah dalam kehidupan toleransi di kota Makassar.

Sebagaimana tema yang diusung oleh PCNU kota Makassar, "Jagai Makassar Ta'."

Terima kasih saudara-saudara Nahdlatul Ulama. Hari ini kalian telah mengisi hariku dengan pesan kedamaian nan mempesona. Tentang esensi Islam yang begitu mengagumkan, yang tidak terletak pada pakaian yang dikenakan, melainkan pada akhlak yang dilaksanakan.

Semoga persahabatan ini akan senantiasa abadi. Mari kita bersama-sama menjaga keutuhan bangsa ini, menjaga NKRI hingga titik darah penghabisan.

Salam Ngopi Nusantara, Salam Toleransi.

**

Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun