Dahulu kala, sudah lama sekali... Saya pernah menjadi golongan manusia yang tidak suka daleman. Jangankan itu, celana saja sering absen dari bagian bawah tubuhku.
Alhasil, tarzan pun kalah. "Auw-auw-auw"Â diteriakkan tanpa sehelai benang pun.
Untungnya di masa itu, saya belum mengenal bulu. Siapapun tidak peduli, karena bocil seperti saya masih banyak beredar di zaman bapakmu.
Puluhan dekade sudah berlalu, tentu saja hal itu adalah kenangan masa lalu. Daleman sudah sering kupakai, karena memang memiliki banyak manfaat.
Saat saya pertama kali belajar pakai daleman, mama berkata kepadaku, "biar 'jagoanmu' gak kejepit rrestletin."
Saya pun terdiam, karena kejadian seperti itu sudah dua kali aku alami. Aih perih rasanya...
Tapi sebagai orang dewasa, tentu saja kita paham jika kegunaan daleman bukan hanya untuk itu saja. Tentu saja "sang jagoan" juga sudah semakin perkasa. Malu rasanya jika ia tetiba berperkara. Nyembul macam gundukan dari balik celana.
Aih, bukan itu saja tentu. Masih banyak lagi.
Terus, "Si jagoan" ini juga sensitif. Daerah yang ia tempati harus senantiasa bersih. Jika tidak, banyak kuman bersarang, "si jagoan" akan bau dan gatal. Tentu saja kamu, kamu, dan kamu tidak mau terlihat sebagai monyet garuk-garuk bukan?
Meskipun jagoan, ia juga mudah terluka. Terlebih jika bergesekan pada saat sedang beraktivitas. Selain itu, daleman juga bisa berfungsi sebagai seat belt bagi "si jagoan". Coba deh bayangkan, kamu berlari, mendaki, atau naik kereta api. "Si jagoan" tentu tidak akan sering terpontang-panting.