Masih teringat masa kecilku, ketika bisikanmu terdengar bagai semilir angin nan sejuk. Memberi harapan tentang hidup mendatang, dan melahirkan arti kedamaian.
Bersyukur engkau telah terpilih menjadi papaku. Hadir setiap saat, laksana penghapus pilu. Siap setiap waktu bak Mentari penyejuk hati.
Di saat aku sedih, engkau menunjukkanku bunga yang tersenyum. Di saat aku lara, engkau mendengarkanku burung yang bernyanyi.
"Terima kasih Pa, telah menjadi pelita hidupku dan mengajarkanku untuk selalu mekar kembali."
Tiga puluh tahun yang lalu, kutuliskan sebuah lagu, kupersembahkan padamu. Janganlah berharap indah, syair ini hanya gubahanku.
Ingatlah janji kita pada hari itu, jangan pernah kau lupakan diriku. Hanya itu satu pintaku. Tahukah kamu, diri ini tidak bisa berpisah. Setahun terasa sewindu, duhai gadis pujaanku.
"Terima kasih telah menjadi rangkaian hidupku, yang terkasih."
Dan kini... Aku kembali ke masa kini
Membayangkan kakek sedang menikmati lantunan suaramu. Ada kerinduan yang tersirat. Di dalam hatiku menangis, mengenang dirimu.