Atong adalah remaja yang baru saja mengenal bulu. Baginya itu menggelikan, sesuatu yang sering ia lihat menempel pada ayahnya sewaktu masih kecil. Saat itu mereka sering mandi bersama di sungai.
Baginya bulu berarti memiliki jodoh. Sebabnya ketika Atong menanyakan kepada ayahnya perihal rambut bawah tersebut, ayahnya hanya menjawab, "itu artinya kamu sudah bisa cari jodoh."
Atong ingin pacaran, bak di film-film drakor romantis. Konon memiliki pacar artinya sudah dewasa. Dia sudah bosan dianggap masih anak-anak.
Tapi, Atong masih bingung. Bagaimana caranya bertemu jodoh. Lalu ia bertanya kepada ayahnya, "bagaimana caranya Ayah bertemu Ibu?"
Ayahnya yang sedang sibuk, dengan singkat menjawab "di sekolah."
Atong terhenyak. Awalnya ia berharap tempat yang lebih spesifik. Di kandang sapi atau di lereng gunung kawi misalnya. Sesuatu yang lebih mudah, menerima calon istrinya yang muncul diantar peri gigi.
Tapi, di sekolah? Setidaknya ada puluhan perempuan yang harus ia perhatikan. Sebuah misteri yang lebih sulit daripada mengisi teka-teki silang.
Namun Atong tidak kehabisan akal. Itu gegara ia menemukan sebuah kondom di lemari ayahnya. Ketika ia bertanya kepada ayahnya, dengan muka masam, sang ayah merebut kondom tersebut dari tangan si Atong.
"Ini urusan Ayah dan Emak, kamu belum tahu!"
Bagi Atong itu adalah petanda, semacam kode keras dari ayahnya. Plastik bening tersebut adalah jimat untuk bertemu dengan calon istrinya nanti.