Di dalam dunia bisnis, Exit Strategy adalah hal yang sangat krusial. Strategi ini biasanya dilakukan jika kamu ingin meninggalkan bisnis yang sedang digeluti.
Meskipun kadang berkonotasi negatif, tapi perlu dipikirkan agar pengusaha tidak terjebak dalam bisnis yang tidak menguntungkan.
Adalah David Abdullah, Kompasianer yang senantiasa jomlo ini meninggalkan komen pada tulisanku tentang skandal Bre-X. Isinya singkat dan jelas, saya kutip; "Kalau merindukan orang yang sudah berpasangan, apakah termasuk investasi bodong?"
Si Dave ini menambah pula catatan lain; "saya nanya serius, tapi jawabannya lawak aja gapapa."
Sebagai pengusaha tentu saja saya tidak mau libat-terlibat dengan urusan keresahan para jomlo. Tapi sebagai manusia yang lahir di "zaman bapakmu," saya merasa punya kewajiban untuk memberikan sedikit nasehat kepada Dave yang (mungkin) sedang kasmaran.
Lalu apa hubungannya exit strategy, investasi bodong, dan keresahan jomlo?
Begini teman-teman, tujuan akhir dari pacaran tentunya adalah pelaminan. Tapi, terkadang di tengah jalan Anda baru menyadari jika ia bukan pasangan yang tepat untukmu.
Jika memang demikian, maka jangan segan-segan untuk segera exit dari hubungan tersebut. Tapi masalahnya tidak semua orang bisa melakukan exit strategi yang bagus. Terikat dalam hubungan yang tidak menguntungkan, terjebak di antara ilusi dan kenyataan.
Jika hubungan tersebut terus dipertahankan, maka kamu akan terus tergerus. Mengeluarkan biaya yang tidak perlu, menghabiskan waktu, dan memelihara perasaan tidak menentu. Itu investasi bodong namanya.
Nah, bagi kamu, kamu, dan kamu yang bingung, berikut beberapa jenis exit strategy yang mungkin bisa berguna untuk dipraktikkan.
IPO (Initial Public Offering)
Dalam dunia bisnis, IPO adalah menjual sahammu ke publik. Tunggu dulu, saya tidak menyuruhmu untuk menjual pacarmu. Kamu harus ingat bahwa selama ia belum menjadi pasangan hidup, kamu belum memiliki dirinya sepenuhnya.
IPO dalam dunia romansa adalah memberikannya kebebasan untuk bergaul dengan siapa saja. Dengan demikian tidak akan ada saling keterikatan yang mendalam di antara kamu.
Anda bisa berhemat, tidak perlu sering-sering ketemu. Selain itu, Anda bisa melihat nilai sesungguhnya di pasar bebas. Anda benar-benar bisa menilai apakah si dia adalah pilihan yang tepat. Sesuai kata pepatah, cinta adalah kebebasan.
Mencari Suksesor
Anda tidak benar-benar melepaskan saham perusahaan, Anda hanya mencari seseorang yang lebih kapabel untuk menjaga perusahaan. Dalam dunia romansa, strategi ini bisa digunakan jika kamu menyadari jika kalian berdua sebenarnya tidak cocok.
Kamu masih menyayanginya, begitu pula dirinya. Tapi, setelah dicoba beberapa kali, tetap saja hubungan tersebut tidak berjalan mulus. Nah, daripada berjalan di tempat, relakanlah dirinya dengan orang lain.
Cara yang paling cocok adalah mencari suksesor. Kenalkan dirinya dengan seseorang yang dekat denganmu. Dengan demikian, kamu masih tetap bisa bersahabat baik dengannya. Masih bisa bersama dengannya jika dibutuhkan. Istilah kerennya adalah TTM (Teman Tapi Mesra).
Acquihires
Ceritanya ada yang berminat membeli perusahaanmu, karena kamu memiliki talenta yang mumpuni. Segera lepaskan!
Terkadang cinta bisa menjadi halangan. Atas dasar sayang, karir dan pendidikan pun terhambat. Nah, jika kamu benar-benar sayang padanya, bebaskanlah dirinya untuk mengembangkan potensi dirinya.
Janganlah menghalangi dirinya untuk melanjutkan pendidikan atau berkarir. Meskipun kamu harus terpisah dengannya.
Masih tidak rela? Percayalah jodoh tidak akan kemana-mana. Jika ia bukan milikmu, relakanlah. Tapi, kalau ia kembali jadian dengan kamu, bukankah itu adalah keuntungan?
**
Tiga hal di atas adalah exit strategy dengan cara halus. Tanpa pertengkaran dan permusuhan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan kamu akan jadian kembali dengan dirinya yang berbeda, dirinya yang lebih baik.
Yang harus kamu hindari adalah putus dengan tidak baik-baik. Dalam dunia bisnis ada dua macam exit strategy yang seperti itu. Jika tidak benar-benar mendesak, maka sebaiknya dihindari.
Likuidasi
Jika perusahaan sudah tidak perform lagi, maka tiada jalan lain untuk menutupnya. Langkah akhir adalah menjual semua aset dan membayar utang perusahaan. Selanjutnya Anda bisa memiliih opsi lain untuk menjalani hidup.
Jika hubungan cintamu sudah benar-benar toksik, maka segera putuskan. Jangan lagi memikirkan kerugian yang sudah timbul dari hubungan yang lama. Move-on, carilah hidup yang baru.
Bangkrut
Dalam dunia bisnis, strategi ini adalah jalan keluar yang terakhir. Hanya ditempuh jika benar-benar tidak ada pillihan lagi. Disebut sebagai bangkrut jika kamu menutup perusahaanmu dan tidak bisa melunasi utang-utangmu.
Dalam dunia romansa hal ini mirip dengan likuidasi. Bedanya, kamu akan disebut bangkrut jika belum bisa move-on. Hidupmu penuh penderitaan, dunia serasa kiamat, dan kamu saban hari hanya mendekam di dalam kamar.
**
Nah, setelah membaca beberapa opsi exit strategy yang saya berikan, kamu pilih yang mana? Tentu saja yang terbaik, jangan putus dari si doi. Kalau perlu tujuan akhir di atas pelaminan harus terpenuhi.
Memang benar, tapi ingatlah bahwa kamu harus siap menghadapi perubahan. Selama ia belum menjadi pasanganmu, apapun bisa terjadi. Dia bisa saja pindah ke lain hati, atau justru kamu yang menemukan seseorang yang lebih baik darinya. Semacam diriku, eh...
Apapun itu, investasi yang baik adalah memahami betul keaslian nilai dari sebuah usaha. Gambaran yang jelas merupakan fundamental yang kuat untuk masa depan yang bagus.
Sudah cukup jelas?
**
Acek Rudy for Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H