Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Air Berkah Umbrul Jumprit dan Api Dharma Mrapen

16 Mei 2022   15:50 Diperbarui: 16 Mei 2022   15:58 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perayaan Waisak 2566 BE jatuh pada 16 Mei 2022 ini. Puncak acara akan diselenggarakan di Candi Borobudur. Namun sebelumnya ada empat rangkaian acara yang juga tidak kalah pentingnya. Selain bakti sosial dan karya bakti, ada dua acara prosesi sakral, yakni pengambilan Air Berkah dan Api Dharma.

Air Berkah dan Api Dharma ini kemudian disemayamkan di Candi Mendut, Magelang, Jawa Tengah sebelum dibawa ke Candi Borobudur pada upaca puncak perayaan Waisak 2566 BE.

Air Berkah berasal dari situs Umbul Jumprit yang terletak di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Sementara Api Dharma diambil dari kompleks Wisata Api Abadi Mrapen, Kabupaten Grobogan Jawa Tengah.

Kedua situs suci ini telah lama menemani umat Buddha dalam perayaan Waisak tahunan. Menurut Triroso dari Dirjen Bimas Buddha, pengambilan air berkah memiliki makna yang mendalam bagi umat Buddha Indonesia.

"[....] alam dan air adalah sumber kehidupan. Juga mewakili kebersihan, kerendahan hati, dan ketenangan dalam kehidupan."

Prosesi pengambilan Air Berkat bukan hanya sekadar ritual saja. Ia juga memaknai filosofi dari air yang perlu dipraktikkan dalam keseharian.

Mata Air Umbrul Jumprit

Lebih lanjut Bhante Kamsai Sumanaro Mahathera juga mengatakan jika air suci dari Umbrul Jumprit, bukan hanya milik umat Buddha saja. "Ia juga bisa bermanfaat bagi siapa saja, tanpa memandang suku,ras, dan agama," imbuhnya.

Terletak di lereng Gunung Sindoro, mata air Umbrul Jumprit tidak pernah kering meski saat kemarau panjang. Mata air ini juga selalu terasa dingin kendati di siang terik.

Tidak heran jika situs ini menjadi tempat yang sakral bagi banyak orang. Di lokasi ini terdapat pula makam Ki Jumprit. Peziarah makam biasanya melakukan ritual sakral, semedi dan mandi kungkum.

Khususnya pada malam Selasa dan Jumat Kliwon. Dua hari ini dianggap sebagai hari keramat, khususnya bagi yang ingin membersihkan diri.

Malam 1 Sura juga tidak kalah penting. Konon para peziarah bisa membersihkan diri dari sisa-sisa ilmu hitam yang masih melekat di tubuh. Seiring dengan bersihnya diri, konon rejeki baru akan menghampiri.

Belum lagi jika para peziarah membasuh mukanya di sana. Air yang segar disebutkan bisa membuat muka awet muda dan juga enteng jodoh.

Salah satu hal yang paling unik adalah ritual membuang celana dalam. Jika Anda berkunjung ke sana, janganlah terkejut melihat sisa-sisa daleman yang mengalir di sana.

Siapakah Ki Jumprit?

Dulunya tempat ini hanya diketahui oleh beberapa orang tertentu saja. Tetapi sejak Januari 1987, pemerintah setempat meresmikan Umbrul Jumprit sebagai tempat wisata di Temanggung. Tempat ini resmi dibuka secara umum.

Lalu legenda Ki Jumprit pun beredar luas. Dikaitkan dengan Serat Centini, Ki Jumprit adalah ahli nujum terkenal dari Kerajaan Majapahit. Namun, ia bukan sosok biasa saja.

Ki Jumprit yang sakti ini adalah salah seorang putra Prabu Brawijaya. Ia meninggalkan kehidupan istana agar bisa mengamalkan ilmunya kepada masyarakat luas.

Desa Tegalrejo, Temanggung, tempat makamnya berada adalah lokasi peristirahatannya yang terakhir. Selain tentang Ki Jumprit sendiri, ada lagi legenda tentang Ki Dipo, monyet putih yang setia menemani Ki Jumprit. Konon seluruh kera yang ada di lokasi adalah keturunannya.

Wisata Api Abadi Mrapen

Tepat pukul 12.00 pada hari Sabtu (14/5/2022), prosesi pengambilan Api Dharma di tempat Wisata Api Abadi Mrapen, Kabupaten Grobogan dimulai. Acara tersebut dihadiri oleh masyarakat Buddha, perwakilan majelis umat Buddha, dan juga aparat pemerintah.

Dalam sambutannya, Supriyadi, Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha Kemenag mengatakan jika Api merupakan simbol penerangan dan semangat mengobarkan kebajikan.

Api Dharma Mrapen

Titik sumber api Mrapen ini telah ada sejak ratusan tahun lalu. Disebutkan abadi, karena ia selalu memancarkan api biru yang tak pernah padam.

Namun, pada September 2020 lalu terdapat sebuah kejadian langka. Untuk pertama kalinya titik api padam. Hal ini menarik perhatian Pemda Jawa Tengah.

Gubernur Ganjar Pranowo tidak tinggal diam dan memerintahkan para ahli Geologi untuk bahu membahu menghidupkannya kembali. Akhirnya, api yang padam selama enam bulan, kembali menyala pada bulan April 2021.

Para ahli geologi memperkirakan padamnya api abadi disebabkan oleh aktivitas pengeboran sumber mata air yang berada di areal sekitar sana. Kendati demikian, itu masih dugaan dan belum bisa dinyatakan pasti.

Legenda Api Abadi Sunan Kalijaga

Cerita Api Abadi Mrapen berkembang di masyarakat dan dikisahkan secara turun temurun. Konon eksistensi lokasi Api Abadi telah ada pada masa akhir Kerajaan Majapahit.

Kisah dimulai pada saat Kesultanan Demak telah berhasil menaklukkan Kerajaan Majapahit. Sunan Kalijaga yang berehat di sana lalu mencari sumber mata air untuk pasukannya.

Saat ia menancapkan tongkatnya di tanah, bukannya air yang menyembur keluar, tapi justru api yang diyakini sebagai cikal bakal Api Mrapen.

Api Abadi Mrapen tidak hanya digunakan untuk perayaan Waisak saja. Tapi, juga sebagai sumber api pada perhelatan pesta olahraga akbar sejak Ganefo pada 1963 hingga Asian Games 2018 lalu.

**

Inilah kisah tentang situs suci Air Berkah Umbrul Jumprit dan Api Dharma Mrapen. Terlepas dari legenda dan keyakinan yang ada, ada baiknya melihat makna filosofis dari air dan api.

Air menyucikan. Seyogyanya kita pun mulai memurnikan hati dan pikiran pada untuk menjalani hidup ini. Api mengobarkan. Kini saatnya untuk memulai hidup dengan semangat membara dalam melakukan Kebajikan.

Selamat Memperingati Hari Trisuci Waisak 2022/2566 BE
Sabbe satta bhavantu sukhitatta! Semoga semua makhluk berbahagia

**

Referensi: 1 2 3 4 5 6

**

Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun