Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ellon Musk, Twitter, dan Hoki Oei Tiong Ham

10 April 2022   17:14 Diperbarui: 27 April 2022   20:12 1600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ellon Musk, Twitter, dan Hoki Oei Tiong Ham (detik.com, wikipedia.org, diolah pribadi)

Saya bukan fans Elon Musk. Saya lebih menyenangi gaya Oei Tiong Ham, raja gula dari Semarang yang hidup seabad yang lalu.

Teringat cerita dari buku "Kisah Tragis Oei Hui Lan, Putri Orang Terkaya di Indonesia," karya Agnes Donovar (2010).

Alkisah pada suatu hari, Oei Tiong Ham berjalan-jalan ke Batavia. Di sana ia berkunjung ke sebuah restoran China, yang menurutnya masakannya luar biasa enak. Gegara harus antri dan tidak nyaman dengan suasana restoran itu, Oei Tiong Ham pun datang dengan sebuah proporsal.

Ia membayar bos restoran seharga dua kali pendapatannya. Lalu memboyongnya ke Semarang untuk dijadikan koki pribadi.

Apa yang dilakukan oleh Oei Tiong Ham seringkali menjadi kisah dari para Crazy Rich beneran. Begitu pula yang dilakukan oleh Elon Musk. Namun, Musk tidak membeli restoran Amerika kesukaannya. Itu sudah basi.

Yang dibeli olehnya adalah Twitter, platform media sosial yang seringkali ribut dengannya.

Musk membeli 9,2 persen saham Twitter. Menjadikannya sebagai pemegang saham terbesar individu. Musk lalu masuk ke dalam jajaran direksi.

Tentu saja keputusan pribadinya akan memberikan perubahan suasana pada Twitter, media sosial dengan pengguna kedua terbesar di dunia ini.   

Amerika mengklaim dirinya sebagai negara yang paling demokratis. Namun sejak Twitter memblokir akun Donald Trump, budaya telah berubah.

Alasan Twitter memang dianggap tepat. Trump terlalu liar dan dianggap memicu kerusuhan. Namun, jangan lupa. Saat itu Trump masih berstatus Presiden AS.

Kicauan "Kembalikan Trump" pun menggema. Ditujukan kepada Musk sebagai pemilik baru.

Meskipun belum ada kabar resmi, apakah Musk akan melakukannya, tapi ia sudah sering mengklaim dirinya sebagai "penganut kebebasan bicara."

Banyak yang khwatir. Terutama staf dan karyawan Twitter yang konon baik hati. Menjaga suasana sehat di dalam rumah mereka, adalah hal yang mereka perjuangkan setiap hari.

Perubahan kebijakan dikhwatirkan akan menyuburkan konten berbahaya. Jika Twitter menjadi tempat provokasi, apa yang dibangun selama ini akan runtuh bak pondok jerami.

Bukannya tanpa alasan. Oei Tiong Ham tidak rela antri dengan rakyat jelata untuk menunggu makanan lezat. Itu musibah baginya. Sementara Musk sendiri sudah sering kena masalah dengan regulasi Twitter.  

Namun zaman memang sudah berubah. Oei Tiong Ham yang tajir sudah tidak lagi tergiur dengan profit dari bisnis restoran China. Sementara orang terkaya di zaman now ini masih sedikit lebih perhitungan.

Ia sadar dengan total 217 juta pengguna aktif di seluruh dunia, pundi-pundi kekayaannya akan meningkat. Yang pertama tentunya dari performa keuangan Twitter. Pada tahun 2021, perusahaan ini membukukan keuntungan sekitar 73,5 triliun rupiah.

Tapi, Musk juga memiliki keunikannya tersendiri. Tiada bedanya dengan jargon para Crazy Rich tentang "murah banget."

Beberapa kicauannya dianggap menyesatkan. Membuat para investor rugi. Mungkin tiada maksud bagi Musk untuk menipu ala Indra Kenz, tapi kerugian yang ia timbulkan harganya setara.

Salah satu yang paling bombastis adalah tentang mata uang kripto. Harga cryptocurrency pun mengalami kenaikan signifikan. Tapi, cobalah lihat apa yang terjadi sekarang. Para investor nangis bombai.

Musk juga pernah berkicau tentang akan membeli kembali saham Tesla. Harga saham perusahaanya pun naik tinggi. Dari 342 menjadi 371 USD per lembar. Lalu Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) pun mengugatnya atas pernyataan palsu.

Lain lagi dengan candaan April Mopnya. Ia berkicau tentang kebangkrutan Tesla. Tentu saja tidak lucu. Ini tentang pasar saham dunia. Asli gendeng!

Tapi, Musk tidak ambil pusing. Ia membayar kerugian sebesar 20 juta dollar AS. Baginya, harga segitu murah untuk kepuasaan egonya. Ia hanya ingin menjadi dirinya sendiri.

Tidak suka dengan para politikus, Musk juga tidak segan-segan menghujat para pemimpin dunia. Mulai dari Joe Biden hingga meme yang membandingkan Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau dengan Adolf Hitler.

Meskipun pada akhirnya, Musk menghapusnya. Namun, sikap impulsifnya sudah kelihatan. Tak bisa ditahan.

Pernyataan remeh dan tidak berdasar, bagaikan gosip di warung kopi. Ia pernah menuduh salah satu penyelam yang menyelamatkan anak-anak di gua Thailand sebagai pedofil.

Tentu saja tuntutan hukum harus ia hadapi. Namun, Musk belum berhenti. Ia membeli perusahaan medsos tersebut.

Pantas saja para karyawan Twitter komat-kamit sendiri. Kehadiran Musk di Twitter bak mengundang penyamun masuk ke dalam sarang perawan. Dari sosok yang paling menonjol di Twitter menjadi figur yang paling berpengaruh.

Apakah Musk akan menjadi sopan?

CEO baru Twitter, Agrawal memiliki keyakinan demikian. Ia mengatakan jika kehadiran Musk di jajaran direksi akan membawa perubahan yang baik. Ia berkicau;

"Musk adalah orang yang kami percayai. Kritikannya terhadap layanan Twitter akan membuat kami lebih kuat untuk jangka panjang."

Jack Dorsey adalah sang koki China. Ia adalah founder dan juga sosok paling berpengaruh di Twitter. Entah bagaimana hubungannya dengan Musk kini, namun Musk pernah menghinanya sebagai "orang kepercayaan Stalin."

Menarik untuk melihat bagaimana kelanjutan dari episode ini. Apakah Twitter akan hadir dengan suasana yang berbeda? Apakah Trump akan kembali berjaya dengan cuitan-cuitannya yang menyayat hati?

Atau apakah 41,44 triliun rupiah yang Musk belanjakan untuk membeli Twitter nilainya sama dengan restoran China Batavia? Musk hanya menghambur-hamburkan uangnya untuk kepuasan pribadi.

Atau apakah Musk akan menjadi seorang pemegang saham yang progresif? Memajukan Twitter menjadi perusahaan yang lebih agresif?

Atau apakah Musk akan menjadi role model bagi mainan barunya ini? Ia akan lebih banyak diam dan menjadi pengguna Twitter yang rendah hati? Entahlah.

Namun, mungkin Musk tidak akan tahan dengan gaya Oei Tiong Ham. Di zamannya, Oei adalah Crazy Rich. Namun, ia hidup dengan penuh kedamaian. Sebabnya belum ada Twitter dan sejenisnya.

Belum ada curahan hati yang tidak penting, apalagi tipu-tipu flexing. Paling tidak moralitas manusia masih terjaga aman. Mungkin saja di zaman itu manusia sudah tidak senonoh, tapi tidak heboh-heboh.

Cukup sampai di sini. Tidak ada gunanya membandingkan dua manusia dari zaman yang berbeda. Kita tunggu saja perubahan pada Twitter. Apakah akan semakin bebas, atau tetap saja harus dikurasi.

Oh ya, kira-kira Elon Musk tertarik tidak ya menjadi investor di Kompasiana? Ada yang punya nomor telponnya gak? Eh...

**

Referensi: 1 2 3 4 5 6 7

**

Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun