Puasa sebentar lagi. Ramadhan sudah mendekati. Ada fenomena yang siap-siap dihadapi. Harga bahan pokok naiknya meninggi.
Tapi, Puasa tahun ini rasanya lebih perlu bermawas diri. Harga minyak goreng menerpa bak tsunami, menimbulkan pertanyaan di hati. Bagaimana dengan kawanan sembako lainnya?
Di pasar sudah ada indikasi. Tercatat cabai merah dan rawit. Bawang merah, putih, dan daging sapi juga ikut berpartisipasi. Telur dan ayam apalagi.
Lalu yang tidak termasuk dalam kategori sembako juga ikut-ikutan. Dari sayuran, tempe, kentang, hingga kacang-kacangan.
Kenaikannya? Sudah naik pokoknya. Bisa bervariasi dan belum terprediksi. Semuanya terupdate di Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PHIPS).
Jadi ingat zaman bapakmu. Menteri Penerangan tiap hari berkoar-koar di TVRI dan juga RRI. "Harga cabe sekian... Harga bawang segitu... Harga minyak, lebih enak zamanku toh..."
Soalnya stabilitas harga bahan pokok emang harus dijaga. Istilah bapak guruku adalah Ketahanan Pangan. Katanya harga harus stabil dan stok harus ada.
Tapi, Harmoko pun kalah kalau sudah mau lebaran. Mau diikat, direkat, dilipat, atau diberi jimat. Tetap saja, bakalan meroket.
Apa sebabnya?
Hukum kebutuhan dan penawaran