Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Warna Kuning Kemasan Minyak Goreng, Penyebab Harga Mahal, Stok Langka?

23 Maret 2022   05:54 Diperbarui: 23 Maret 2022   06:11 1648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah hampir sebulan saya tidak menjual minyak goreng di toko. Situasinya masih belum kondusif. Lagipula minyak goreng bukanlah bahan utama untuk membuat kue.

Siang ini saya duduk-duduk di depan toko. Lalu saya melihat seorang ibu mengambil 5 jerigen gula cair kemasan. Warnanya kekuningan, dan mereknya juga berwarna kuning.

Saya bisa menduga apa yang ada di dalam benak ibu tersebut. "Maaf bu, ini bukan minyak goreng," ujarku kepadanya.

Dan memang benar. Si ibu mengira gula kemasan 5 liter tersebut adalah minyak goreng. Padahal mereknya jelas-jelas tertulis; "Gula**".

Saat minyak goreng langka, ramai orang berebut di pasar. Mata dengan mudah menyasar kemasan plastik atau botol khas berwarna kuning. Itu pasti minyak goreng.

Saya kemudian bertanya, apakah semua kemasan minyak goreng berwarna kuning? Kebanyakan iya. Coba lihat tankapan layar dari salah satu toko online di bawah ini;

Dari sederet merek terkenal, hanya satu saja yang tidak menggunakan warna kuning. Itupun tertutupi dengan kemasan transparan. Warna minyak goreng kuning, membuat plastik tembus pandang juga berwarna kuning.

Hal pertama yang muncul di kepalaku adalah dari sisi estetika. Warna kuning menyatu dengan warna minyak goreng yang tampak dari plastik bening kemasan. Indah kelihatan.

Kalau pun ada warna lain, pasti masih senada. Merah atau jingga.

tangkapan layar/shopee
tangkapan layar/shopee

Benarkah hanya itu saja?

Hal kedua yang saya pikirkan adalah dari sisi psikologi warna untuk kemasan produk. Saya pun melakukan riset kecil-kecilan, dan menemukan beberapa info tentangnya. Saya kutip;

"Warna kuning cocok menjadi warna logo makanan, karena punya nilai kehangatan. Warna kuning bisa memancing nafsu makan, karena beberapa jenis makanan mempunyai warna dasar kuning. Sebutkan saja telur dan keju di antaranya."

Masuk akal, warna kuning berhubungan dengan makanan, begitu pula minyak goreng.

Tapi saya belum puas. Industri besar tentu memerlukan banyak pertimbangan sebelum membuat keputusan. Maksud saya, desainer kemasan professional tentu dilibatkan. Tapi, bagaimana dengan perancang hoki? Ahli fengshui misalnya.

Nah, dalam Fengshui kuning berhubungan dengan unsur logam, sementara minyak goreng adalah unsur air.

Filsafat Wu-xing atau Lima Elemen (Logam, air, api, kayu, dan tanah) memiliki prinsip untuk melihat apakah dua elemen berada pada posisi mendukung (baik) atau posisi saling bentrok (buruk).

Ternyata logam mendukung air. Jadi, sekali lagi cocok dong.

Masa sih, sesederhana itu? Usut punya usut, ini kemungkinan ada hubungannya dengan sejarah perkembangan industri minyak goreng dalam kemasan di Indonesia.

Sederhana saja. Meskipun Bimoli bukanlah merek minyak goreng kemasan pertama, tapi produk yang diluncurkan sejak 1969 ini pernah menguasai 60% pangsa pasar di Indonesia.

Dari zaman bapakmu, minyak goreng adalah bimoli. Lalu, secara perlahan, merek baru mulai bermunculan.

Adalah Filma dan juga Kunci Mas yang menjadi pesaing pertama. Ia adalah anak yang berasal dari pecah kongsi dua perusahaan konglomerat raksasa, Liem Sioe Liong dan Eka Tjipta Widjaja.

Filma membidik pasar Bimoli, tentu kemasan dan model harus dibuat mirip, siapa tahu ada yang salah bidik. Tapi, tentu saja Filma tidak mau hanya sekadar menjadi pengikut pasar.

Adalah Sinar Mas Grup yang menjadi pionir dalam bisnis minyak goreng. Indofood hanya ketularan rezeki setelah kedua perusahaan ini kongsi dan akhirnya pecah kongsi.

Dengan pertempuran dua raksasa ini, rasanya tidak mungkin bagi perusahaan lainnya untuk masuk bertarung. Nyatanya tidak, bisnis minyak goreng sangat menggiurkan.

Pemilik lahan kelapa sawit lainnya juga tidak mau kalah. Selain Indofood dan Sinar Mas, tercatat ada 3 perusahaan lainnya yang juga menguasai 81% pangsa pasar minyak goreng dalam kemasan.

Mereka adalah Musim Mas, Wilmar, dan Royal Golden Eagle, dengan berbagai merek terkenal di pasar. Dan, mayoritas kemasannya berwarna kuning.

Apa yang terjadi?

Praduga pertama karena terlalu kuatnya brand image dari Bimoli, sehingga akan sangat beresiko untuk membuat kemasan dan warna berbeda.

Hal yang sama juga kita lihat pada beberapa produk dengan merek yang sangat kuat. Air minum dalam kemasan contohnya. Begitu juga dengan mi instan, semuanya hampir mirip.

Apakah ini sudah bisa menjawab mengapa kemasan minyak goreng mayoritas berwarna kuning?

Mungkin memang karena produsennya kompak. Merek bisa beda, tapi yang lainnya harus sama.

Bukan hanya kemasan, tapi juga kebijakan. Mungkin sudah saatnya pemerintah berpikir untuk mengubah kebijakan industri dan perdagangan minyak goreng.

Sehingga di pasaran nanti, rakyat dapat menemukan kemasan minyak goreng berwarna merah, hijau, biru, hingga warna pelangi.

Sudah saatnya rakyat memiliki pilihan. Merek tidak perlu, yang penting harga. Kemasan tidak butuh, yang penting ketersediaan.

**

Referensi: 1 2 3 4

**

Acek Rudy for Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun