Versi lain mengatakan bahwa masjid ini dibangun pada abad ke-18 Masehi. Tepatnya pada 1886 saat Sultan Idris Tuminanga memerintah (1893-1895).
Informasi ini bersumber dari prasasti bertulisan Arab dalam bahasa Makassar, yang tertera di bagian pintu-pintu Masjid.
Nama Katangka sendiri berasal dari nama daerah di mana masjid tersebut didirikan, tapi ia juga berasal dari nama sejenis pohon.
Lokasi Mesjid Katangka berada di samping makam Sultan Hasanuddin, Raja Gowa yang telah dikukuhkan sebagai pahlawan nasional, atas perjuangannya melawan Belanda.
**
Lengkaplah sudah tanah-air dari Sulawesi Selatan yang menyatu di Kendi Nusantara. Membawa makna mendalam, pesan perdamaian rakyat Sulsel dari tiga abad yang lalu, kini telah menyatu di ibu kota baru.
Menarik untuk mengutip pernyataan Menko Polhukam, Mahfud MD; "Penyatuan tanah-air dari 33 provinsi sebagai bentuk adat untuk mempersatukan seluruh keberagaman yang ada di NKRI."
Dari Sulsel sudah mewujudkannya. Makna perdamaian yang diwariskan oleh para leluhur, kini telah bertransformasi di bumi Nusantara. Sebagai pengingat kepada bangsa Indonesia, bahwa perdamaian dan persatuan adalah di atas segalanya.
**
**