Tanggal 15 Februari adalah perayaan Cap Go Meh pada tahun 2022. Menandai berakhirnya perayaan imlek yang berlangsung selama 14 hari.
Tanggal ini adalah waktu yang tepat untuk bersyukur atas seluruh anugrah di masa lalu. Sekaligus mantap menjalani hari-hari yang penuh harapan di masa depan.
Kelenteng menjadi tujuan sembahyang. Di dalamnya banyak arca dewa-dewi dengan gugus tugasnya masing-masing. Ada yang spesialis kesehatan, jodoh, pendidikan, atau bagi yang ingin punya momongan.
Perhatianku tertuju kepada Dewa Rezeki, atau biasa juga disebut dengan Dewa Kekayaan. Orang Tionghoa suka hoki. Itu identik dengan banyak uang. Saya juga, dan siapa sih yang tidak.
Kemudian muncullah ide tulisan ini. Satu hal yang saya dapati dari hobi hoki orang Tionghoa ternyata diwujudkan di dalam kelenteng tersebut. Bukan hanya satu, tapi ada tiga dewa rezeki di dalamnya.
Sekilas saya pun bingung. Yang manakah yang lebih hebat? Daripada menanggung resiko, kepada ketiga-tiganya saja ku "meminta."
Perlu dipahami bahwa Konghucu mengajarkan orang Tionghoa untuk menghormati leluhurnya. Bukan saja leluhur langsung, tapi semua sosok yang pantas dihormati karena jasa-jasa mereka.
Oleh sebab itu, selalu ada kisah menarik di belakang setiap sosok dewa Tionghoa. Apakah kisah nyata atau sekadar legenda saja. Tapi, semuanya bermakna.
Begitu pula dengan Chai Sen Ye, alias Dewa Rezeki. Ada kisahnya mengapa mereka dianggap sebagai dewa.
Dan jika kelenteng tersebut menyediakan tiga saja. Sesungguhnya, hasil risetku menemukan bahwa Dewa Rezeki orang Tionghoa ada delapan. Wow!