"Ketika beberapa orang memiliki dirinya, sebagian lagi memilih kekosongan. Karena mereka terlalu sibuk menjadi apa yang diinginkan, bukan merealisasikan potensinya sebagai umat manusia."Â ~ Bruce Lee.
Bruce Lee adalah seorang pesohor. Ahli bela diri, aktor terkenal, dan juga seorang legenda.
Kita mengenalnya melalui aksi-aksinya di layar lebar. Tapi, tidak banyak yang tahu jika ia juga adalah seorang filsuf.
Dalam beberapa kesempatan yang berbeda, Bruce Lee banyak menelurkan pemikiran-pemikiran filsafatnya yang berhubungan dengan seni bela diri.
Namun, beberapa rangkaian surat yang ia tulis menjelang akhir hidupnya baru saja terungkap ke publik. Surat-surat tersebut ia tuliskan kepada dirinya sendiri, dan baru dipublikasikan pada tahun 2017 Â Â
Adalah Maria Popova yang mempublikasikannya pada situs themarginalian.org
Dalam publikasi tersebut, Maria mengaku telah mendapatkan izin dari Shannon Lee dan Bruce Lee Foundation.
Rangkaian surat tersebut terdiri dari 9 seri dan berjudul "In My Own Process."
Dibuat pada saat Bruce Lee merasakan titik terendah dalam hidupnya. Didepak dari Hollywood akibat aksi rasisme di Amerika Serikat. Industri perfilman telah memilih wajah bule sebagai pemain utama, dan menyingkirkan wajah hitam dan oriental.
Bruce Lee kembali mendapatkan kebangkitannya setelah studio Warner Bross setuju untuk menayangkan Enter The Dragon (1973), namun kekecewaan Bruce Lee tidak serta merta lenyap.
Skrip film tersebut sebagian dibuat oleh Bruce Lee. Sayangnya, Warner Bross menghilangkan semua dialog tentang makna filosofis dan menjadikan Enter The Dragon sebagai film aksi laga murni.
Sebagai bentuk protes, Bruce Lee memutuskan untuk tidak melanjutkan filmnya. Akhirnya setelah dua minggu, pihak studio mengalah dan memasukkan elemen filosofi sesuai dengan keinginan Bruce Lee.
Dalam bentuk draft oretan tangan Bruce Lee sendiri, Maria Popova menjelaskan isi surat tersebut dengan sangat rinci dan jelas. Mari kita simak;
Draft pertama
Bruce Lee menulis tentang kegelisahan hatinya. Ia mengatakan jika ia berusaha untuk menulis sebuah artikel yang bermanfaat, untuk menjelaskan reaksi jujurnya tentang keadaan yang sedang ia alami. Itu bukanlah hal yang mudah, karena ia menyadari bahwa dirinya terus berubah.
"[...]. Saya, Bruce Lee, telah merasakan bahwa kejujuran terhadap keadaan bukanlah sebuah hal yang mudah. Mengapa? Karena saya berubah, menjadi dewasa. Apa yang saya anggap benar beberapa bulan lalu sudah tidak lagi sama sekarang."
Draft Kedua
Pada draft ini, Bruce Lee menyatakan kegundahan hatinya untuk menjadi diri sendiri vs menjadi apa yang diinginkan.
Namun, Bruce tetap menekankan betapa pentingnya menjadi diri sendiri di atas segalanya.
"[...]. Saya telah memilih menjadi seorang seniman bela diri, dan juga seorang aktor. Tapi, di atas segalanya saya telah berproses untuk menjadi seniman bagi kehidupan. Iya, ada perbedaan antara aktualisasi diri dan aktualisasi citra diri."
Draft Ketiga
Bruce Lee mengungkapkan kegelisahannya tentang situasi yang tidak menyenangkan tentang ketidaktahuan. Sesuatu hal yang ia sebut tentang ketakutan terhadap "asing." Sesuatu yang merujuk kepada sikap diskriminasi di sekitarnya atas keberadaan "orientalnya."
"Di antara orang-orang, mayoritas merasa tidak nyaman dengan ketidaktahuan. Itu adalah segala sesuatu yang "asing" yang telah membuat mereka merasa terancam... [...]."
Draft Keempat
Pada draft ini, Bruce Lee memberikan pengakuan bahwa ia telah bisa menerima kenyataan, dan telah merasa puas dengan keseluruhan proses yang telah ia jalani.
"Saya telah menerima dan puas dengan seluruh proses kehidupan. Saya secara konstan menemukan, mengembangkan, dan mendapatkan penyebab dari pengabaianku, dalam seni bela diri, dan terutama di kehidupanku. [...]."
Draft Kelima
Pada draf kelima, Bruce Lee kembali mengulik paradoks tentang pencarian jati dirinya dan proses yang ia jalani.
"Saya tidak percaya dengan permainan manipulasi untuk menciptakan citra diri yang seperti robot, [...]."
Draft Keenam
Di sini, Bruce menekankan tentang fakta alternatif. Menegaskan bahwa manusia adalah mahluk intelegensi, namun pada kenyataannya telah disuguhkan dengan fakta kebenaran (palsu) sejak dari kecil.
Baginya fakta tersebut selalu berfokus kepada diri sendiri (keakuan). Namun, selalu diabaikan karena tidak pernah ada yang memedulikannya.
"Pastinya, kita setuju jika kita semua adalah mahluk berintelejensi, meskipun secara realitas sejak kita kecil, kita telah dijejali dengan fakta siap saji. [...]... sebagian fakta tersebut dilihat dari sudut pandang diri sendiri, tetapi dalam banyak hal kita bisa menerimanya tanpa pernag dipertanyakan."
Draft Ketujuh
Pada bagian ini, Bruce Lee mengkritik "kebodohan" seseorang untuk melihat kebenaran. Ia mengatakan jika penilaian atas kesalahan adalah hal yang berat sebelah. Lebih banyak milik orang lain daripada diri sendiri.
"[...] Kita memiliki sepasang mata untuk mengamati, tapi sebagian dari kita gagal melihat kebenaran sejati. Meskipun pada saat melihat kesalahan orang lain, kebanyakan dari kita bereaksi cepat. Tidakkah kita mampu melihat ke dalam diri untuk perubahan? Untuk menilai siapakah diri kita sebenarnya, dan seperti apakah kita. [...] Singkatnya, melihat diri kita sebagai diri kita sendiri dan mengambil tanggung jawab bagi kita sendiri. [...]"
Draft Kedelapan
Pada bagian kedelapan ini, ada tiga bagian terpisah dari tulisan Bruce Lee. Yang pertama, ia menyatakan pujian bagi dirinya sendiri sebagai pribadi yang unik.
"Saya senang karena telah bertumbuh setiap hari tanpa batas. Setiap hari menemukan hal yang baru yang belum pernah terungkap sebelumnya. Kendati demikian, hal yang paling memuaskan bilamana mendengarkan seseorang berkata "Hei, ia adalah nyata... [...]."
Pada bagian kedua, Bruce Lee menyatakan bahwa bela diri adalah sebuah praktik spiritual. Bukan hanya performa dekoratif seperti yang diinginkan oleh studio Hollywood.
"Saya senang dengan seni (bela diri), itu adalah ekspresi tak terbatas dari jiwa individual kita. Jiwa manusia, adalah yang membuatku tertarik. Saya hidup untuk mengekspresikan dririku dalam kreasi kebebasan... [...]."
Bruce Lee kemudian menyambung lagi tentang bagaimana menjadi aktor. Baginya, itu adalah menjadi seniman bagi kehidupan.
"Menjadi aktor adalah sebuah proses yang tak berkesudahan, proses untuk belajar, berkembang, dan penemuan jati diri yang konstan... [...]"
Draft Terakhir
Meskipun ini draft yang terakhir, tetapi mungkin saja bukan yang terakhir, jika Bruce Lee belum meninggal secara tiba-tiba.
Bruce Lee menggabungkan mosaik intelektual, spiritual, dan emosional dari dirinya sendiri terhadap hubungannya dengan otentikasi diri (personal authenticity).
"Ketika beberapa orang memiliki dirinya, sebagian lagi memilih kekosongan. Karena mereka terlalu sibuk menjadi apa yang diinginkan, bukan merealisasikan potensinya sebagai umat manusia... [...]"
**
Inilah kesembilan draft yang berasal dari tulisan tangan terakhir Bruce Lee. Merefleksikan kegundahannya terhadap hal yang sedang ia hadapi saat itu.
Tiga dekade menjelang, surat-surat tersebut telah bertransformasi. Tidak lagi menjadi surat kepada dirinya sendiri, tetapi kepada semua umat manusia.
"Itulah kita, tidak memiliki pikiran, padahal kita sendiri adalah pikiran. Kita adalah segalanya tentang kita." ~ Bruce Lee
**
Acek Rudy for Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H