Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Johny Indo dan Pasukan Cina Kota, Problema Sosial yang Melegenda

14 Januari 2022   11:32 Diperbarui: 17 Januari 2022   10:24 7058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan sekelompok pemuda China. Mereka menguasai jalanan di ibu kota. Balapan liar untuk menunjukkan jati diri. Itu sudah biasa. Aksi akrobat di tengah jalan. Bertukar posisi di atas motor dengan kecepatan tinggi. Itu luar biasa. Konyol!

Mereka dikenal dengan sebutan Pacinko, alias Pasukan China Kota. Daerah operasi mereka memang di sekitaran kota tua, Jakarta. Dari Mangga Besar, Roxy, hingga Pademangan.

Badan mereka penuh tato, rambut gondrong ala Ali Topan, dan mereka adalah jagoan.

Mereka adalah geng motor di zaman bapakmu. Terkenal antara tahun 1970an-1980an. Tindak premanisme, aksi kriminal pun dilakoni. Membawa beceng, merampok toko emas hingga rumah pejabat.

Namun, bukan tanpa alasan. Melihat jurang besar antara si kaya dan miskin, hati mereka tergerak. Pemerintah dianggap tidak becus. Jadilah Pacinko pun menjadi "gerombolan si Pitung."

"Merampok orang kaya, dan kita bagikan kepada orang miskin," ujar Johny Indo, pemimpin besarnya.

**

Johny Indo adalah seorang pesohor. Selain memimpin Pacinko, ia juga adalah model, bintang film, dan selebriti.

Nama aslinya adalah Johannes Hubertus Eijkenboom. Ayahnya adalah seorang eks tentara Belanda, Mathias Eijkenboom, yang kemudian berpihak kepada kaum Republiken. Ibunya adalah wanita Indonesia.

Johny kawin muda pada usia 16 tahun. Ia menikah dengan Stella, pujaan hatinya. Dari perkawinannya, ia memiliki empat anak. Syahdan, Johny harus bekerja keras menghidupi 5 orang.

Ia bekerja dari pagi hingga malam. Di pagi hari sebagai supir truk trailer, malamnya sebagai montir di bengkel ayahnya.

Namun, ayahnya meninggal dunia pada tahun 1973. Beban Johny pun semakin berat. Kini ia harus juga menanggung hidup ibu dan adik-adiknya.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup di Jakarta, Johny bekerja serabutan. Kerja apa saja. Untungnya ia memiliki wajah indo. Sesuatu yang digandrungi pada tahun 70an.

Ia menjadi model foto dan bintang iklan. Hidupnya berubah, uang mudah didapat. Sayangnya, mudah pula lenyap.

Uang yang Johnny dapatkan sebagian disisihkan untuk keluarga. Sebagian lagi untuk foya-foya. Tidak ada yang ia tabung. Bermain gila dengan wanita dan juga mabuk-mabukkan. Beceng pun dibelinya, entah untuk apa.

**

Hingga suatu hari Johny Indo menyadari jika ia benar-benar tidak ada uang. Teman-temanya pun datang bertamu. Memberikan ide yang luar biasa gilanya. Merampok bank.

Johny menggerutu, "ide gila." Tapi, dia tidak menampik juga.  

Johny sudah terbiasa hidup susah. Ia terdidik sebagai orang yang keras. Merampok bank hanya perlu sedikit persiapan. Johny tidak keberatan.

Rencana pun disusun, agar rapi dan bisa meloloskan diri. Baginya, jangan tanggung-tanggung. Sekali merampok, banyak hasilnya.

Berbekal pengalaman dan juga keberanian, ia pun menjadi kriminal. Menyiapkan taktik, strategi, dan juga persenjataan. Sekaligus kode etik yang membuatnya fenomenal sebagai penjahat: Tidak boleh melukai, membunuh, dan memperkosa.

**

Aksi Pacinko tergolong nekat, tapi juga melegenda. Sasaran rampoknya toko emas besar. Bukan yang biasa-biasa. Selama beroperasi dari 1977 hingga 1979, total 129 kilo emas telah mereka kumpulkan dari tujuh kasus perampokan.

Aparat TNI dan Polri di zamannya pun dibuat repot. Kelihaian mereka ngebut, membuat susah ditangkap. Belum lagi persenjataan lengkap mereka. Dari pistol, senapan, hingga granat.

Kendati brutal, aksi mereka tidak banyak menimbulkan korban. Sesuai dengan prinsip mereka. Korban seminim mungkin. Filosofi lainnya, adalah tidak menggasak habis harta korbannya. Harus ada yang tersisa.

Menurut Johny, harus ada yang bisa digunakan oleh korban lagi untuk bermodal. Tujuan aksi mereka adalah untuk menyejahterakan rakyat miskin. Jadi, yang kaya pun tidak bisa menjadi miskin ketika dirampok.

**

Tanggal 26 April 1979 Johny ditangkap. Kasusnya heboh, karena memang ia adalah seorang pesohor. Menjalani hukuman penjara selama 14 tahun di Nusa Kembangan, tidak mengurangi ketenarannya.

Kehidupan Johny berubah drastis. Masa kejayaan ia jalani, sekaligus tersuram dalam hidupnya. Ketika ia tertangkap, hanyalah penyesalan yang datang. Ia tidak bisa menemani istrinya di rumah sakit ketika melahirkan anaknya yang kelima.

Anak-anaknya tidak mau bersekolah. Malu dengan ayahnya, karena nama Johny Indo adalah bromokorah. Memalukan! Hal itu ia tahu dari surat yang diterimanya. Dari anaknya sendiri.

Berada dalam ruang sempit, ia pun bertekad mengubah hidupnya jika telah keluar dari penjara nanti. Dan terjadi, Johny Indo yang dulu bukan lagi yang kita kenal sekarang.

Kehidupan penjara yang ia jalani telah membuat dirinya insaf.

**

Pada tahun 1987, saat bebas dari penjara, Johny bermain film. Berperan sebagai dirinya sendiri dengan judul Johny Indo.

Masih ada beberapa lagi, antara lain: Badai Jalanan (1989), Misteri Cinta (1989), Diskotik D.J (1990), Daerah Jagoan (1991).

Ia juga sadar. Menjalani kehidupan sebagai seorang pendakwah yang soleh. Almarhum KH. Zainuddin MZ menjadi pembimbingnya. Johny banyak belajar darinya. Namanya pun berubah, menjadi Umar Billah.

Hingga akhir hidupnya pada tahun 2020. Johny Indo meninggal pada usianya yang ke-72.

**

Bagaimana dengan Pacinko yang ia bentuk? Dengan ditangkapnya Johny Indo, dengan sendirinya gang itu tidak bernyawa lagi.

Kendati demikian, nama tersebut masih bergaung di telinga pemuda zaman kolonial: Pasukan China Kota.

Nama ini bahkan masih menjadi legenda.Terkadang digunakan sebagai ejekan. Atas orang-orang tua yang nekat dan tidak tahu diri.

Namun, ia juga adalah manifestasi dari masalah sosial negeri ini. Atas keberanian anak-anak muda zaman dulu di jalanan, yang terbentuk akibat renggangnya jarak sosial antara si kaya dan miskin.  

**

Referensi: 1 2 3 4

**

Acek Rudy for Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun