Itan tidak bermaksud menghukum Ijay, murid durhakanya. Lagipula, ia tidak ingin lagi melihat wajahnya yang konon mirip David Abdullah (nama samaran). Eh...
Hal terkeji pun ia lakukan, membohongi Surti agar ia bisa bangkit kembali dari kubangan dosanya.
Itan pernah membaca tentang Voodoo. Boneka kecil, mirip boneka yang selalu berada dalam pelukan Surti anaknya. Terbuat dari kain Jerami dan berwarna kecoklatan.
Konon jika ditusuk jarum, nama atau foto yang ditempel pada boneka bisa kesakitan. Kalau mau lebih kejam, sisa dibakar. Dijamin David... Eh, Ijay yang entah di mana sekarang akan meringis minta ampun.
Itulah yang Itan katakan kepada Surti. Berharap agar Surti tidak tega, meskipun kuasa kini berada di tangannya. Tapi, Itan terkejut ketika Surti menjawab dengan tegas. Wajahnya penuh dendam, menciptakan aura ngesot yang tak pernah Itan bayangkan sebelumnya.
"Bunuh saja Ijay, Ayah... Bunuh saja... Ia telah merengut kesucianku. Uhuk uhuk uhuk," Surti menangis tersedu-sedu.
Senjata makan tuan, bagaimana mungkin Itan paham tentang pelet Vodoo. Tidak ada ceritanya di Kitab Sakti Ko Ping Ho.
Tapi, bukanlah Itan namanya jika kehabisan akal. Ia pun dengan tegas bersikap, menampakkan sisa-sisa keperkasaannya yang tak lagi bersinar setelah obat kuwat Acek Idur kadaluarsa.
"Baiklah Surti, ayah akan melakukannya. Demi dirimu sayang. Tapi, ada syaratnya Surti. Tidak boleh sekalipun Surti membayangkan apalagi menyebutkan nama Ijay setelah ritual ini dilakukan. Kalau tidak..."
Perkataan Itan terhenti, melihat ke wajah Surti yang masih penasaran penuh dendam. "Kalau tidak, kenapa Yah...." Surti bertanya.
"Kalau tidak, maka Ijay akan bangkit dari kubur dan mencarimu."