(winnetnews.com)
Surti (nama samaran) masih belum beranjak dari tempat tidurnya. Kamarnya dibuat gelap, tirai jendela tak pernah dibuka.
Seluruh penghuni rumah tentunya khwatir. Sudah memasuki hari kedua, belum juga ada perubahan. Untungnya Surti masih mau membuka pintu untuk asupan makanan dan minuman. Meskipun itu hanya sekadar penganan dan air minum dalam kemasan.
Jadinya, orang tua Surti tidak terlalu khwatir. Itan, ayah Surti adalah jawara kampung. Siapapun segan kepadanya, terutama saat ia masih muda. Julukannya keren: Itan De-Bekicot.
Bukannya tanpa alasan ayah Surti mendapat julukan tersebut. Konon ilmu tersebut ia dapatkan dari Acek Idur, seorang bekas murid Kho Ping Ho. Tinjunya bisa menghancurkan bekicot tanpa dipukul.
Di pecinan, jurus Acek Idur tersebut bernama Pukulan Tanpa Bayangan. Setelah diajarkan kepada Itan, ia pun menggantikan namanya: Pukulan Maut Tanpa Bekicot.
Kenapa Bekicot? Konon dulu di kampung, sewaktu sawah masih ramai terhampar, banyak bekicot berkeliaran. Saking banyaknya, sehingga para warga harus berjinjit sambil berjalan.
Tapi, Itan tidak peduli. Acek Idur telah mengajarinya sebuah prinsip Ko Ping Ho yang paling sakral; Teruslah berlatih (membaca) walau telingamu dijewer.
Itan menerjemahkannya dengan kreatif. Sekali berlatih, apa pun akan kulibas. Termasuk bekicot yang terhampar di jalan-jalan desa. Masuk akal, sekali berlatih, puluhan bekicot hancur diinjaknya. Padahal, tinjunya tak mengenai bekicot sama sekali.
Ya, pria setengah baya ini tidak lagi perkasa. Sudah banyak jagoan silat di kampungnya yang masih muda dan milenial.