Seragam Timnas Indonesia itu keren lho. Atasnya merah dan bawahnya putih. Melambangkan bendera Indonesia. Meskipun, itu bukan keharusan.
Beberapa negara lebih senang membawa embel-embel federasi sepak bolanya, seperti Belanda, oranje dan KNVB. Tidak ada juga larangan menampilkan logo negara dalam seragam Timnas.
Dan Indonesia memutuskan bahwa Timnas adalah bagian dari perjuangan bangsa. Merah-Putih dan Garuda di Dadaku. Keren!
Entah kebetulan atau tidak, dua seragam tim sepak bola favorit penulis sama-sama berwarna merah. Yang pertama adalah PSM Makassar, dan dari luar negeri adalah si Setan Merah, Manchester United (MU).
Tapi, baru juga sadar pada saat Euro 2020 kemarin, seragam merah itu banyak beredar. Ada Timnas Belgia, Spanyol, Denmark, Austria, Hungaria, Makedonia, Polandia, Rusia, Swiss, Wales, dan Turki. Ini sudah hampir setengah dari total 24 tim yang bertanding.
Pada level klub apalagi. Liga Inggris misalnya. Selain MU, juga ada Liverpool dan Arsenal. Ketiganya adalah klub raksasa.
Jadi, kesimpulannya bukanlah kebetulan Indonesia, PSM dan MU memiliki seragam warna merah. Tapi, warna merah adalah salah satu warna yang mendominasi seragam sepak bola.
Lantas mengapa demikian? Mungkin hoki bisa jadi salah satu alasan. Persis seperti filsafat orang China.
Tentu hoki hanyalah kebetulan. Faktor teknis dan manajemen juga berpengaruh. Tapi, dari sisi psikologi dan filosofi, merah memang bawa hoki.
Dari sisi psikologi warna, merah adalah warna yang memiliki dua filosofi yang saling bertentangan. Ia melambangkan peringatan sekaligus gairah. Juga cinta sekaligus bahaya.