Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pohon Natal di Dalam Rumah Keluarga Penyembah "Toa Pek Kong"

25 Desember 2021   07:57 Diperbarui: 25 Desember 2021   08:03 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tante Yenni memang senang dengan malaikat. Berpakaian putih, ada sayapnya. Bisa terbang dan kungfunya hebat. Mengingatkannya kepada film kera sakti yang baru saja kita tonton bersama. Tante Yenni bilang, kera sakti yang nakal takut sama malaikat.

Ko Yanto adalah si kera sakti. Nakalnya minta ampun. Loncat sana-loncat sini, terutama jika ada kue natal. Ia senang dengan gantungan yang mirip tongkat. Warnanya merah putih seperti bendera Indonesia.

Menurutnya itu bukan sembarang tongkat. Ia adalah jelmaan dari tongkat ajaib kera sakti. Bisa membuat siapa saja tunduk kepadanya. Termasuk untuk menghukum anak-anak nakal yang belum kenal Yesus.

Termasuk diriku yang biasa dipanggil "babi" olehnya. Mirip Cu Pat Kai, kawan si kera sakti. Tentu bukan genit yang ia maksud. Namun, karena hobiku yang suka rebahan dan malas bangun pagi.

Si "babi" ini senang dengan kaos kaki. Setiap detik ia akan melihat isinya. Siapa tahu kado natal datang lebih cepat. Jelas ia tidak akan nakal menjelang Natal. Sebabnya ada cerita bahwa Sinterklas sering bagi-bagi hadiah kepada anak-anak penurut.

Apalagi Sinterklas juga punya pasukan. Pit hitam yang galak dan suka bawa karung. Konon anak-anak nakal bisa diculik dan dibawa ke neraka. Makanya, jangan lupa berdoa menjelang Natal, agar si Santa datang tanpa Pit Hitamnya.

Menurut engkong kami, Sinterklas itu tidak ada. Ia sebenarnya adalah papa yang menyembunyikan identitasnya. Bahaya jika diketahui orang banyak. Tidak ada bedanya dengan Gundala Putra Petir yang tidak mau ditahu siapa dirinya.

Tapi, papa menyangkalnya. Ia berkata jika Sinterklas adalah para leluhur yang masih sering datang ke rumah. Melihat anak cucunya yang ia sayangi. Sekaligus membawa berkah bagi mereka yang sembahyang kepadanya.

Tentu saja diriku yang masih kecil ini tahu jika Papa bohong. Dari sekolah minggu saya tahu jika Sinterklas tidak disembahyangi. Ia tidak suka dengan buah-buahan dan permen yang berbau dupa.

Lagipula wajah leluhur dalam foto tidak mirip Sinterklas. Mata mereka sipit, badan mereka kurus. Sementara Sinterklas badannya gemuk dan suka tertawa. Foto-foto di tempat sembahyang, tidak ada yang tersenyum. Mukanya masam semua.

Mama dan Emma sendiri tidak terlalu peduli dengan pohon Natal. Mereka lebih banyak sibuk di dapur menyiapkan onde warna-warni. Rasanya manis, gurih, dan lezat. Wajib disantap setiap tanggal 22 menjelang Natal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun