Setiap orang bisa saja memiliki masa lalu yang kelam. Namun, setiap orang juga punya hak untuk menyikapinya. Apakah ia akan menyesalinya, atau justru bersahabat dengannya.
Buku yang berjudul "Never Grow Up" adalah otobiografi dari aktor laga terkenal dunia, Jackie Chan. Buku tersebut terbit pada 2015 dan edisi bahasa Inggrisnya terbit pada 2018 silam.
Dalam buku tersebut, Jackie mengungkap sisi gelapnya yang tidak banyak diketahui. Sangat berbeda dengan citra dirinya sebagai "orang baik-baik" seperti yang selama ini kita kenal.
Ia sering mabuk-mabukan hingga kehilangan kesadaran. Pagi menabrakkan Posche-nya, malam giliran Mercedes Benz.
Kehilangan kesadaran juga berdampak pada rumah tangganya. Aktor laga kelahiran 1954 ini kerap bertengkar dengan istrinya, Joan Lin. Emosinya tidak bisa terkontrol.
Jackie juga mengaku sering menyiksa anak lelakinya, Jaycee Chan. Dalam sebuah insiden ia bahkan pernah memukul Jaycee dengan sangat keras dan melemparkannya ke sofa.
"Saat itu saya benar-benar ingin menyakitinya dan ibunya,"Â ungkap Jackie dalam buku tersebut.
Kendati beberapa dekade telah berlalu, hingga kini hubungannya dengan Jaycee tidak membaik. Dalam periode 2004-2014, Jackie bahkan tidak pernah menghubungi anaknya.
Hingga akhirnya ia tahu jika Jaycee terjerat narkoba. Polisi menemukan ganja di rumahnya dan ia harus menghabiskan waktunya di penjara selama 6 bulan.
Jayce Chan bukan satu-satunya anak Jackie. Aktor laga ini juga memiliki seorang anak perempuan bernama Etta Ng.
Pada tahun 2018, publik dihebohkan dengan kabar perkawinan sesama jenis oleh putri Jackie ini. Ia menikah dengan seorang wanita bernama Andi Autumn.
Jackie dikabari tidak menghadiri pernikahannya, dan memang keduanya tidak memiliki hubungan yang baik. Etta adalah anak Jackie dari kekasihnya, mantan ratu kecantikan Hong Kong, Elaine Ng.
Kejadiannya pada tahun 1999, saat itu Jackie berusia 45 tahun. Cinta sesaatnya memberikan hasil sesat. Etta Ng lahir pada 1999.
Jackie secara formal tidak pernah mengakui kehadiran putrinya. Etta pun menjauh dan memutuskan untuk tidak mengakui Jackie sebagai ayahnya. Mereka tidak pernah bertemu lagi sejak 2015.
Kendati demikian, kasus perselingkuhan Jackie dan Elaine juga ia ungkapkan dalam bukunya. Di sana Jackie bercerita bahwa ia memiliki penyesalan yang dalam kepada istrinya, Joan yang sudah ia khianati.
"Pada tahun 1999, saya membuat kesalahan besar. Ketika membocorkan kabar perselingkuhan saya yang melahirkan seorang putri, saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya ingin menelpon Joan, namun tidak tahu bagaimana menjelaskan," ungkap Jackie pada buku otobiografinya.
Perselingkuhannya dengan Elaine bukanlah yang pertama. Sewaktu muda, Jackie adalah sosok yang gegabah. Ia menyadari resiko pekerjaanya. Menjadi aktor laga yang melakoni aksi stunt-nya sendiri, ia sadar bahwa nyawanya sewaktu-waktu bisa melayang.
Mabuk-mabukkan dan berfoya-foya hanyalah segelintir caranya dalam menikmati hidup yang ia anggap singkat. Jackie yang dulu ternyata juga suka main perempuan.
"Aku ingat saat pertama pergi ke klub malam. Saya sebenarnya malu, tapi sudah kadung terkenal," ujarnya dikutip dari South Morning Post (31.05.2021).
Jackie mengenal gadis prostitusi langganannya sebagai nomor 9. "Orangnya cantik dan juga baik hati,"Â pungkas Jackie.
Sepertinya memang godaan akan menghampiri kejayaan. Jackie adalah manusia biasa, ia hanya terkenal saja. Masa lalunya yang suram membuat dirinya berupaya membalas dendam.
Ia mengakui jika pikiran pendek kerap menghampiri dirinya. Ia tidak memikirkan resiko jangka panjang, layaknya aksi berbahaya yang selalu ia lakukan.
Bersyukur bahwa Jackie masih sehat hingga hari ini dan mampu menata hidupnya kembali.
Lantas, apa yang bisa kita pelajar dari kasus maksiat Jackie?
(1)
Setiap orang punya "masa lalu." Itu pasti. Namun, seberapa jauhkah diri ingin menyimpannya, itu urusan nanti.
Kisah Jackie memberikan sebuah pelajaran bahwa kebesaran hati itu penting. Seringkali kita merasa risih atas apa yang telah dilakukan di muka bumi ini, padahal pandangan orang lain bisa saja berbeda.
Di antara yang mencemoh, masih banyak orang lain yang bisa memberi contoh. Biarkanlah mereka terkecoh, karena seburuk apa pun dirimu, engkau pasti akan diterima dengan orang-orang yang mencintaimu.
(2)
Setiap orang punya "rasa bersalah." Itu yakin. Namun, seberapa lamakah diri bisa menahan muntah? Mungkin nanti pada saat masalah datang berjemaah.
Kisah Jackie menghantar sebuah pelajaran bahwa keberanian untuk mengungkap "dosa" itu penting. Agar diri tidak lagi menyimpan perasaan bersalah.
Solusi dari sebuah kesalahan harus dimulai dengan menyayangi diri sendiri. Apa yang dianggap sebagai sebuah kesalahan, sejujurnya hanyalah sebuah paradoks. Orang yang mencintaimu tidak memiliki pandangan ortodoks.
(3)
Setiap orang punya "kehendak." Itu sahih. Namun, sampai di manakah impian ingin diraih? Seyogyanya harus dihadapi dengan pikiran bersih.
Kisah Jackie memberi contoh bahwa setiap orang memiliki persepsi yang berbeda tentang arti kenikmatan duniawi. Hidup memang singkat, namun cukup padat untuk menjadikannya berkat.
Tidak perlu gegabah untuk berbenah. Masa lalu sudah lewat, masa sekarang akan menentukan masa depan.
Tidak ada yang namanya dosa abadi. Yang harus dijaga adalah sikap untuk selalu mawas diri. Ketenangan batin adalah kunci utama untuk menjalani hidup ini. Saat ini.Â
Semoga Bermanfaat
Acek Rudy for Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H