Mereka bahkan mendapatkan tempat terhormat di bumi Nusantara. Di Sulawesi Selatan, ada kaum Bissu pada Masyarakat Bugis. Mereka adalah golongan pendeta dalam agama tradisional Tolotang.
Bissu dianggap sebagai setengah manusia, setengah dewa. Juga dianggap sebagai penghubung alam manusia dan dewata.
Dalam kepercayaan Tolotang, ada empat jenis gender yang diakui. Yakni, Makunrai (perempuan), Oroane (lelaki), Calalai (perempuan yang berpenampilan seperti lelaki) dan Calabai (Lelaki yang berpenampilan seperti wanita). Bissu adalah perwakilan dari semuanya.
Pun dengan di Thailand. Apakah Anda pernah mendengar istilah Lady Boy atau Kathoey? Keberadaan mereka cukup dapat diterima luas. Tersebab hingga kini masih melekat menjadi bagian dari adat istiadat.
Adat di Thailand juga mengakui ada empat jenis gender, yakni: perempuan, lelaki, kasim (pandaka), dan ubhatobyanjanaka (hermafrodit). Kathoey dianggap sebagai jenis gender ke-empat. Mulia adanya.
Dalam kepercayaan tradisi Thailand, memiliki Kathoey dalam keluarga dianggap membawa keberuntungan.
Pengabdian kepada orangtua hanya milik kaum wanita. Sementara lelaki wajib bekerja. Katheoy dianggap berhak untuk bekerja sekaligus menjaga kedua orangtuanya.
Golongan Bissu dan Kathoey Thailand hanya segelintir contoh tentang pandangan tradisional terhadap peran waria. Masih banyak lagi. Ada Muxe di Mexico, Fa'afafine di Samoa, dan Hijria di India.
**
Istilah Genderqueer ramai beredar saat ini. Alias sebuah pengakuan yang tidak terpaku kepada dua jenis kelamin saja. Genderqueer lebih berfokus kepada sifat feminin, maskulin, kedua-duanya, atau tidak sama sekali.
Dalam psikologi, istilah genderqueer lebih melebar lagi. Bisa merujuk kepada ambiguitas gender atau bentuk pengaburan dari sifat asli jenis kelamin. Atau expansive gender yang mengarah kepada ekspresi gender yang lebih luas dari sifat lahiriah seseorang.