Baru saja dapat ide untuk bikin tulisan ini, tetiba pagi ini saya mendapatkan tulisan tentang Penulis Gado-Gado dari Kompasianer Irwan Rinaldi Sikumbang yang bisa dibaca di situ.
Ternyata, beliau yang juga masuk dalam deretan Kner dengan The Most Viewed Content ini, juga memiliki jurus yang sama denganku. Baginya, artikel gado-gado. Tapi, bagi Acek, istilahnya lebih ekstrim, Tulisan Tidak Berkualitas.
Namun, sebelum saya melanjutkan, saya harus mengatakan jika istilah ini hanya untuk Acek ya, tidak berlaku bagi Kner lainnya. Mohon maaf.
Mengapa tidak berkualitas? Sebabnya pengetahuan yang pendek, dibuat ala sok tahu. Apa yang sudah ada, sisa ditulis ulang. Jadinya, Acek yang otaknya hanya sedengkul ini kelihatan pintar. Aih, halu!
Itulah yang Acek maksud dengan tulisan "tidak berkualitas."
Sejujurnya saya kagum dengan para penulis opini. Yang dibahas adalah isu terkini, tapi opininya orisinil.
Begitu pula dengan para penulis citizen journalism, apa yang tampak di depan mata, itulah yang diulik. Fiksianer? Lebih hebat lagi, dari tiada menjadi ada. Mereka bak chef handal yang bisa membuat bahan limbah sisa dapur menjadi enak disantap.
Spesific Interest adalah mereka yang memang sangat fokus. Bak omongan Bruce Lee;
"Aku tidak takut dengan orang yang melatih 10.000 jenis tendangan berbeda. Yang aku takuti adalah mereka yang melatih satu jenis tendangan, 10.000 kali."
Konsistensi mereka akut, tentu dengan pengetahuan yang tidak biasa pula.
Sementara tulisan Acek zonder. Semuanya ditulis, bak orang rakus yang ingin berpesta pora setiap hari.
Tahu sebabnya? Mengejar target one day one article. Tidak mudah untuk menulis artikel dari hasil pemikiran sendiri.
Memang sih, gaya penulisan diubah, teknik paraphrase juga diizinkan, sedikit opini konyol menyertai untuk menambah garam dari masakan yang sudah tersedia di atas meja.
Ide? Nun jauh di sana ada yang namanya dunia maya. Mau tahu apa-apa cukup klik beberapa.
Bahkan ilmu angka yang kukuasai juga sebenarnya bukan origaniltasku. Ilmu ini sudah ada. Acek belajar secara otodidak dari puluhan buku terbitan luar negeri. Aneh di Indonesia, tapi sudah umum di sono.
Jadinya, Acek sedih. Menjadi Kompasianer yang nulisnya bukan yang "asli." Apalagi para Tante seringkali pula membisiki Acek.
Kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas... kas...
Kasihan loe...
Tapi, sebenarnya tidak juga sih. Ada juga ide original Acek. Itu setelah sekian lama bergaul di dunia tanpa batas ini. Mendapat pencerahan dari para sesepuh Kompasianer.
Bak murid silat yang tetiba bertemu dengan guru hebat. Jurus Shaolin digabung dengan rahasia Bu Tong Pai. Golok Pembunuh Naga ditempa dengan batu meteor.
Nah, pada titik inilah Acek menemukan ciri khas origaniltasnya. Menjadi penulis hebat tanpa contekan. Semuanya ditulis dari hati yang paling dalam dengan jiwa yang penuh daleman.
Kelak mungkin, ini akan menjadi bahan tulisanku yang khas. Sembari mengharapkan tulisan-tulisan tersebut bisa dijadikan referensi bagi para ilmuwan di seluruh dunia.
Nah, apakah jenis tulisan itu? Bukan Angka, Bukan Kamasutra. Tiada lain, tiada bukan adalah:
"Merisak Tanpa Merusak."Â Itulah tulisan yang berkualitas versi Acek. Eh...
**
Acek Rudy for Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H