Padahal lagu Lennon "imagine" mempromosikan dunia yang damai tanpa kepemilikan. Chapman merasa tertipu, lagu itu sempat menjadi favoritnya dan ia hidup dengan kepercayaan pada liriknya.
Namun, Chapman memang adalah pencinta sejati Lennon.
Sebuah buku yang berjudul "Let Me Take You Down (1992)," karya Jack Jones, menyatakan: Konon Chapman terus menerus mendengarkan lagu Lennon menjelang aksi pembunuhannya, sembari membayangkan wajah Lennon yang munafik, yang tidak percaya Yesus.
Banyak orang yang mengatakan jika Chapman adalah seorang delusional. Lalu, pernyataan Chapman membuat kesimpulan tersendiri.
"Saya membunuhnya karena dia (Lennon) terkenal. Hanya itu satu-satunya alasan. Dia sangat terkenal. Dan saya ingin merengut kejayaan pribadi itu darinya," ungkap Chapman.
**
Kisah dimulai pada Oktober 1980. Chapman mengaku jika hatinya dipenuhi amarah dan benci. Hingga akhirnya ia memutuskan, Lennon harus mati. Ia pun pergi ke New York. Keinginannya menghabisi nyawa sang idola sudah tak tertahankan lagi.
Namun, sebuah film yang berjudul Ordinary People membuatnya urung membunuh. Ia pun pulang kembali ke rumahnya, di Hawaii.
Tapi, obesisnya ternyata masih melekat. Ia dengan gamblang menyatakan rencananya kepada istrinya. Pistol revolver kaliber 38 pun ditunjukkannya.
Entah kenapa, saat itu istrinya, Abe tidak menganggap Chapman gila atau sakit. Ia tidak pernah melapor kejadian tersebut ke polisi atau ahli jiwa.
Hidup di antara dunia membuat Chapman maju-mundur. Terkadang ia menyadari jika dirinya salah.