Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Ini Hape Jadulku, Mana Hape Barumu

25 November 2021   06:35 Diperbarui: 25 November 2021   06:41 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini Hape Jadulku, Mana Hape Barumu (technopat.net)

Acek baru saja ngomel ke istri tercinta. Hape terbaru yang ingin ia beli harganya dua kali lipat dari laptopku. Tidak masuk akal.

Mungkin saya termasuk orang yang jadul. Bayangan di kepalaku, diri masih kuat perkasa pada saat zaman bapakmu.

Saat itu, hape adalah barang baru. Hanya saja penggunaannya terbatas. Mungkin lebih tepatnya eksklusif.

Saya masih ingat tahunnya, 1997. Itu waktu dimana Erricson GF-388 pertama kali berada dalam genggaman. Harganya masih ingat. Tiga koma empat juta rupiah. Padahal UMP masih 250 ribu rupiah.

Nomornya pun mahal. Harus bayar 400 ribu rupiah untuk yang bukan angka cantik. Kalau mau yang banyak delapannya, duitnya tiga kali lipat. Mbohhh....

Tapi, rasa bangganya itu lho. Hape kebesaran, tidak muat di kantong celana. Pun kalau dipaksakan, seperti ada yang ngeres menonjol. Aih, malu.

Jadinya digantunglah pada ikat pinggang saja. Ada semacam tas penyimpan. Dari kulit pula, mantap!

Kalau berdering bunyinya kencang. Tidak kalah keras dari suaraku yang bilang, "HALLOOO." Biar orang sekampung dengar, kalau Acek muda ini dulu sudah punya hape.

Tapi, itu dulu. Sekarang hape sudah berjemaah. Satu orang punya satu hape. Kadang malah dua sampai tiga. Itulah mengapa Acek milih untuk tidak sering ganti-ganti hape. Yang penting masih bisa berfungsi, tidak perlulah diganti-ganti.

Tidak sama seperti di zaman dulu. Setiap kali ada yang terbaru, ganti dulu. Kenapa? Karena hingga saat ini, hape di zaman bapakmu tetap lebih unggul dari punya kamu, kamu, dan kamu.

**

Hape jadul itu batereinya tahan. Dicharge berjam-jam untuk pemakaian berminggu-minggu lamanya. Di rumah hemat listrik, tidak perlu juga khwatir low batt di tengah jalan.

Tapi, ini juga ada jeleknya. Hape jadul kagak ada matinya. Alasan low batt ke istri tercinta itu bahaya! Amsiong.

**

Hape jadul itu tahan banting. Tidak perlu disayang-sayangi kayak model sekarang. Manja! Kalau jatuh sisa diangkat. Hati tidak berdebar-debar, apakah kacanya retak.

Bahkan jika Acek marah, hape bisa dijadikan batu. Sisa dilempar, kepala pun benjol. Apalagi merek Motorolla yang bentuknya seperti botol air minum. Itu bisa jadi senjata mematikan.

**

Hape jadul tidak perlu terus dilihat. Tidak bikin kecanduan kayak zaman sekarang. Kalau bunyi baru diangkat. Sisa bilang "Halo."

Kalau kumpul dengan teman atau keluarga, tidak ada yang matanya lihat hape. Palingan kalau ada pesan yang masuk, cukup dibalas singkat.

"Besok jam 5 kita ketemu di tempat biasa ya."

Lantas dibalas, "Oke say." Kemudian cepat-cepat dihapus. Eh...

**

Itupun bisa tanpa diketahui orang-orang di sekitar. Tangan kiri di atas meja, tangan kanan di dalam kantong sambil tulis pesan. Keren kan?

**

Sejujurnya Acek bingung melihat hape zaman now. Modelnya semua hampir sama. Hanya beda warna dan casing saja.

Mereka yang suka pamer, kadang harus gigit jari. Hape tiga puluh juta dikira tiga ratus ribo ama Acek.

Coba lihat hape jadul. Nokia yang warnanya silver, pakai flip dulu dibanderol 14 juta. Harga sepeda motor hanya setengahnya. Kalau ada hape yang baru dibeli, sisa di simpan di atas meja.

"Oh, ini model terbaru yang ada kameranya?" Hidung kembang kempis mendengar pujian.

**

Acek sering pusing. Yang namanya internet itu memang penting. Khususnya untuk kerjaan. Termasuk di hape. Harus ada pulsa data atau koneksi internet.

Kalau dikirimin pesan, harus segera dibalas. Gak sopan namanya dibiarkan. Itulah mengapa jika tidak ada koneksi, orang sekampung bisa stres dibuatnya.

Alasannya klasik, "Kalau istri gua panik, gimana tuh!" Lha, zaman hape jadul kan tinggal ditelpon, beres!

**

Ini belum termasuk virus, lag, boot, dan segala jenis istilah keminggrisan milik milenial. Aih, Acek pusing! Zaman dulu hanya "beliin pulsa dong, beib!" Sisa transfer dan seluruh resiko berada di tanganmu.

**

Hape sekarang isinya banyak. Aplikasi di gudang playstore atau Appstore seabrek-abrek. Ada yang gratis, ada pula yang berbayar.

Hape zaman dulu sederhana. Dua yang paling sering dipakai hanya tombol warna hijau dan merah. Keunggulannya banyak.

Satu tombol, kamu bisa terkoneksi dengan dunia. Tidak perlu repot, tidak ada media sosial buat dipakai pamer daleman. Tidak perlu juga baca berita yang isinya hoax melulu.

Akhirnya tipi dan radio di rumah berfungsi. Ada waktunya baca berita atau nonton berita. Zaman sekarang, waktu kerja, dipakai buat nonton film. Alasannya biar update. Cilakalah!

**

Tapi, Cek... Kan sekarang semuanya serba canggih. Semuanya bisa dilakukan di hape zaman sekarang.

Iya, bener. Tapi, kan ada istilah: Seribu cinta yang baru datang mengunjungi, takakan pernah bisa menggantikan cinta sejati.

Itulah prinsip Acek. Yang baru dinikmati saja, yang lama, yang sudah dower simpan saja di rumah. Eh...

**

Acek Rudy for Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun