Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Kemurahan Hati Sang Kakek yang Salah Kaprah

12 November 2021   19:15 Diperbarui: 12 November 2021   19:16 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Kemurahan Hati Sang Kakek yang Salah Sasaran (Sumber: imgflip.com)

Setelah memastikan bahwa sang kakek memang tidak berada di sana, salah satu dari rombongan anak tersebut mulai mengambil buah-buah apel yang terjuntai. Diikuti kemudian oleh anak-anak lainnya.

Ajaibnya, sang kakek yang bersembunyi tidak marah. Ia bahkan terkekeh-kekeh melihat anak-anak kecil mencuri apelnya. Hatinya senang bukan kepalang.

Setelah anak-anak pergi, sang kakek dengan hati berbahagia lari menuju ke rumahnya. Dicarinya nenek yang sedang memasak makan malam. Dengan bangga sang kakek berkata;

"Hari ini aku senang, aku membiarkan anak-anak kampung itu mencuri buah apel kita, hahaha..." ujar sang kakek sambil terbahak-bahak.

Di luar dugaan, nenek justru tidak senang. Ia malahan marah kepada sang kakek.

"Kamu salah, saya lebih senang jika kamu menjaga kebun kita agar buahnya tidak dicuri," sungut sang nenek.

"Lho, kenapa? Bukankah diriku telah berubah? Yang aku lakukan adalah bentuk kemurahan hatiku," balas sang kakek tidak terima.

"Benar," lanjut sang nenek.

"Tapi, aksi kamu membiarkan mereka mencuri, justru tidak bagus. Kamu telah menjeremuskan mereka dalam tindakan dosa. Kamu melakukan pembiaran, dan itu lebih jahat dari mencuri sendiri," pungkas sang nenek.

Kakek terdiam, dan berpikir. Apa yang dikatakan oleh istrinya, tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Ternyata memang benar, sang kakek telah berubah dengan cara menjadi orang yang lebih bermurah hati.

Namun, caranya salah. Mengapa demikian, karena kemurahan hati sang kakek tidak dibarengi dengan kemurahan jiwanya. Ia memang merelakan buah apel diambil oleh anak-anak. Tapi, ada hal yang lebih penting yang lupa ia relakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun