Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

[RTC] Mengapa Bahasa Belanda Tidak Menjadi Bahasa "Keminggrisan"?

8 November 2021   08:57 Diperbarui: 8 November 2021   13:15 6529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan di Indonesia tidak lagi mengajarkan bahasa Belanda. Sebaliknya, bahasa Iggris yang sudah mulai mendunia dianggap penting agar Indonesia bisa menjadi bangsa besar yang tidak kagok dalam bersosialisasi.

Ternyata politik berbahasa Belanda memang salah besar. Bisa Anda bayangkan, jika saja idealisme negara persemakmuran Inggris juga diterapkan oleh Belanda, apakah yang terjadi?

Berapa banyak sih penduduk dunia yang fasih berbahasa Belanda? Tidak sampai 25 juta orang.

Namun, ada sekitar 270 jutaan penduduk Indonesia. Bayangkan jika semuanya menggunakan bahasa Belanda. Ini belum termasuk negara-negara kecil bekas jajahan Belanda seperti Suriname dan negara-negara bekas Hindia Barat lainnya. Totalnya bisa mencapai 300 juta. Tidak tertutup kemungkinan bahasa Belanda bisa menjadi salah satu bahasa Internasional yang diperhitungkan.

Tapi, demikianlah kisahnya. Visi orang Belanda memang salah. Itu gegara Indonesia terlalu seksi untuk dirampok. Jadilah Kemingrisan yang menggantikan "kebelandaan."

Nah, kembali kepada perdebatan keminggrisan, apakah salah? Tidak juga, sebab tidak bisa dipungkiri bahwa bahasa Inggris adalah bahasa internasional. Tapi, tidak benar juga, sebabnya bahasa Indonesia telah berkembang pesat.

Dengan bahasa yang mencapai hampir 300 juta pengguna, sudah saatnya kita memperjuangkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa internasional. Bukankah ini sudah dilakukan? Menjadi bahasa resmi Asean? Sudah sampai mana progressnya, ya? Ada yang tahu?

Semoga suatu saat di Laos, Thailand, Singapura, atau di negara Asean lainnya ada istilah "keindonesiaan." Entah kapan, tapi semoga demikian adanya.

Jayalah Bangsaku, Jayalah negeriku.

**

logo rumah pena inspirasi sahabat (kompasiana.com)
logo rumah pena inspirasi sahabat (kompasiana.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun