Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

[RTC] Mengapa Bahasa Belanda Tidak Menjadi Bahasa "Keminggrisan"?

8 November 2021   08:57 Diperbarui: 8 November 2021   13:15 6529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
logo rumah pena inspirasi sahabat (kompasiana.com)

Sementara kaum bumiputra tidak perlu paham bahasa Belanda. Tapi, kaum bangsawan demi pendidikan, wajib belajar bahasa Belanda sebagai bahasa yang digunakan pada kurikulum kolonialisme.

Belanda berdalih, Indonesia tidak perlu lagi belajar bahasa Belanda, karena mereka sudah memiliki bahasa Melayu sebagai lingua franca. Padahal konsep kolonialisme di seluruh dunia mewajibkan daerah jajahannya untuk menerapkan bahasa induk penjajah.

Alasan utama adalah untuk peradaban (civilization). Alasan kedua adalah untuk mendekatkan daerah jajahan dengan induk semangnya. Bahasa yang sama digunakan akan membuat rakyat dari kedua ras yang berbeda lebih bisa saling memahami.

Belanda telat menyadari. Baru pada awal abad ke-20 mereka kaget, karena bahasa Inggris, Spanyol, Portugis, dan Prancis telah ramai digunakan oleh negara-negara jajahan masing-masing.

Akhirnya keputusan Den Haag berubah. Mereka tergugah dengan kesalahannya. Maka pada tahun 1914, bahasa Belanda pun mulai diajarkan di H.I.S (Hollandsch Inlandsche School) alias sekolah dasar untuk kaum bumiputra.

Sayangnya politik etis ini dilakukan setengah hati. Hindia timur luas wilayahnya. Tidak semua daerah memahami bahasa Melayu, apalagi jawa. Mengajar kaum pribumi berbahasa Belanda, harus dimulai dari bahasa lokalnya.

Para pengajar dari Belanda hanya fasih berbahasa Melayu dan Jawa saja. Bukan ratusan bahasa daerah yang tersebar di seantero Nusantara. Jadilah bahasa Belanda hanya dikuasai oleh separoh orang saja, itupun hanya dari kaum bangsawan, dan sebagai bahasa kedua pula.

Dengan demikian, bahasa Belanda tetap menjadi bahasa elit bagi kaum Inlandeers. Elegan terdengar, tapi tidak ramah di telinga. Bangsa Indonesia yang fasih berbahasa Belanda juga dianggap sebagai kaum elit yang tidak membumi.

Hingga Indonesia dijajah Jepang pada 1942, bahasa Belanda dianggap sebagai musuh. Kaum elit tersebut dengan mudah dituding sebagai mata-mata sekutu. Harus dimusnahkan.

Syahdan para pengguna bahasa Belanda semakin berkurang. Pada saat itu pula, Indonesia semakin semangat meraih kemerdekaan. Untuk mempersatukan negara ini, jelas bahasa Indonesia yang lebih "menjanjikan" mulai dikampanyekan.

Dengan berakhirnya pendudukan Jepang, Indonesia memulai hidupnya dari awal. Sebagai bangsa yang mandiri, bahasa Indonesia penting untuk mengukuhkan status kedaulatan bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun