Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kelenteng Kwan Im yang Dibangun oleh Seorang Wali Songo

19 Oktober 2021   11:17 Diperbarui: 19 Oktober 2021   11:21 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelenteng Kwan-Im yang Dibangun oleh Seorang Wali Songo (kabarbanten.pikiran-rakyat.com)

Jejak toleransi di bumi Nusantara bukan hanya seumur jagung. Telah banyak jejak sejarah yang nyata ada. Salah satunya adalah kelenteng Dewi Avalokitesvara yang terletak di kawasan Banten Lama, sekitar 10 kilometer dari kota Serang. 

Dewi Avalokitesvara jamak dikenal dengan sebutan Dewi Kwan-Im. Bagi para pemujanya, ia adalah perlambangan welas asih. Dewi ini diyakini sering menolong manusia yang berada dalam kesulitan.

Kelenteng itu telah ada sejak tahun 1652. Menandai jejak orang Tionghoa di daerah tersebut. Adalah Syekh Syarif Hidayatullah yang mendirikannya. Beliau adalah Sultan Banten, yang juga dikenal sebagai Sunan Gunung Jati, salah satu dari Wali Songo.

Alkisah pada suatu hari, kapal rombongan putri Ong Tien Nio dari China yang bermaksud berlayar ke Surabaya. Namun, karena kehabisan bekal, singgahlah iring-iringan tersebut di Teluk Banten. Tepatnya di Kali Kemiri, dekat Keraton Surowosan.

Jodoh pada pandangan pertama. Syekh Syarif jatuh cinta, ia pun melamar sang putri. Cinta tidak bertepuk sebelah tangan, sang putri pun menyetujui lamaran Sultan.

Syahdan putri Ong pun menjadi mualaf. Semua anak buahnya yang berjumlah 3500 orang pun hidup di sana. Mereka membentuk komunitas di daerah yang kini bernama Kampung Baru.

Sebagian pengikutnya pun memilih masuk Islam. Namun, sebagian lagi memutuskan untuk tetap menganut paham leluhur.

Sang Sultan yang arif dan bijaksana lantas mendirikan Kelenteng Avalokitsevara. Agar para pengikut putri Ong dapat beribadah sesuai dengan keyakinan mereka. Bagi para mualaf, sang Sultan juga mendirikan sebuah Mesjid yang lokasinya berdekatan.

Kelenteng itu masih berdiri hingga kini. Ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanegara. Tiada perbedaan yang harus dipermasalahkan. Dari 32 staf yang bekerja di sana, 80% adalah Muslim. Mereka hidup dalam kerukunan agama yang mengagumkan.

Saat pertama kali dibangun, kelenteng tersebut bernama Bantek-le. Dewi Kwan-Im terletak pada altar utama, beserta 15 arca dewa-dewi lainnya. Terdapat pula tiang batu berukiran naga. Juga relief sejarah yang menggambarkan kejayaan Kesultanan Banten saat masih menjadi kota pelabuhan yang mahsyur.

Wabah sampar 1820 dan letusan Krakatau 1883 menjadi saksi bagaimana kelenteng Avalokitesvara ini menjadi tempat perjuangan masyarakat setempat untuk saling bahu-membahu melewati krisis bersama. Jejak reliefnya ada pada bagian luar, samping Kelenteng.

Semangat welas asih memang sangat terasa. Kelenteng tersebut telah menjadi simbol kebersamaan selama berabad-abad. Sesuai dengan makna nama Bantek-le -- Sejuta Kebaikan.

Kebaikan pun terasa, khususnya pada perayaan besar umat Tri-Dharma. Warga lokal datang bergotong-royong membantu persiapan di Kelenteng. 

Lahan sekitar kelenteng dijadikan tempat untuk mencari rezeki. Para pedagang marak terlihat berjualan. Makanan khas Banten bisa dinikmati di sana. Sate bandeng, emping, gula kelapa, dan oleh-oleh kerajinan lokal.

Di dalam kelenteng ada klinik dengan harga murah. Warga lokal bisa ke sana untuk berobat. Pihak Kelenteng juga tidak segan-segan membantu perayaan pesta masyarakat sekitar. Tenda, kursi, dan berbagai peralatan lainnya bisa dipinjam tanpa biaya sewa.

Kerukunan ini terjadi selama 3 abad lamanya. Kerajaan Islam Banten telah menunjukkan betapa toleransi hidup beragama adalah hal yang penting pada masa itu. Seyogyanya ini sudah menjadi sebuah pesan, bahwa di Indonesia perbedaan agama bukanlah suatu hal yang harus diributkan.

Salam Maudilur Rasul bagi seluruh umat Muslim. Semoga keberkahan dan kebahagiaan senantiasa menyertai kita semua.

Referensi: 1 2 3 4

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun