Dalam kasus kewarganegaraan Arcandra Taher, Jokowi sempat kecolongan. Konon karena ia tidak meminta masukan BIN. Hal ini mencuat setelah Sutiyoso menyatakan demikian ke media massa.
Sebelumnya, pernah ada juga catatan dari Ketua Komisi I DPR RI, Abdul Kharis Almasyahri. Ia menyatakan jika Sutiyoso sudah memperingatkan adanya ancaman bom Sarinah. Sayangnya informasi tersebut tidak digunakan dengan baik.
Apakah ini menandakan jika Sutiyoso sebagai Kepala badan intelijen tidak sejalan dengan Presiden? Tidak ada kesimpulan demikian.Â
BAKIN kemudian berubah menjadi BIN ketika Budi Gunawan menggantikan Sutiyoso. Pengangkatan ini menimbulkan banyak tanda tanya.
Bukan rahasia lagi jika Budi adalah orang dekat Megawati. Kedekatan tersebut sudah terbina sejak lama. Budi adalah mantan ajudan Megawati, ketika masih menjabat sebagai Wapres di masa Gus Dur.
Rumor pun beredar. Penunjukan Budi ditenggarai sebagai bentuk kepatuhan Jokowi kepada Mega. Tapi, sekali lagi hanya rumor.
Jika Andika Perkasa yang ditunjuk sebagai Kepala BIN, seperti apakah strategi Jokowi?
Dikutip dari sumber (4), pada saat Andika diangkat menjadi KSAD, Koordinator KontraS, Fery Kusuma menuduh penunjukan Andika sarat dipengaruhi keinginan elit politik di lingkar Jokowi.
Andika adalah menanto Hendropriyono, salah satu pentolan PKPI, partai pendukung Jokowi. Hendropriyono juga adalah mantan Kepala Intelijen yang dekat dengan Megawati. Selain itu, Andika juga pernah tercatat sebagai Danpaspampres Jokowi-JK.
Apakah salah?
Robert Gates, seorang pemikir intelijen asal Amerika Serikat menyatakan bahwa profesionalisme dan kapasitas saja tidaklah cukup. Kepala Intelijen harus merupakan orang kepercayaan Presiden.