Willem Oltmans, wartawan senior Belanda yang akrab dengan Soekarno yakin jika Ujeng bukan orang biasa. Ia memiliki beberapa agenda penting politik melawan Soekarno.
Dalam buku Bung Karno Sahabatku, Willems menyatakan jika ia mendengar  banyak berita tentang Ujeng yang sibuk wara-wiri ke Eropa Barat dan Amerika. Tujuannya untuk menggulingkan kekuasaan Soekarno.
Willems pernah bertemu langsung dengan Ujeng pada tahun 1961. Ia menggambarkan sahabat Nasution tersebut sebagai orang sipil yang tahu banyak tentang internal TNI AD.
Jika ditilik, cukup masuk akal. Ujeng adalah kawan dekat Nasution, dan ia juga terdaftar sebagai tenaga pengajar di empat Lembaga Pendidikan Angkatan Bersenjata TNI.
Namun, sang jurnalis senior ini sudah kadung curiga dengan peran Ujeng dalam rencana kudeta Soekarno. Kali kedua, mereka bertemu di Amerika Serikat pada tahun 1962.
Kala itu, isu Dewan Jenderal sudah dihembuskan oleh Ujeng. Tiga tahun sebelum pemberontakan G30S PKI terjadi. Ia bahkan dengan gamang menceritakan bahwa pada akhirnya, Nasution-lah yang direncanakan mengganti posisi Soekarno sebagai presiden.
Bahkan ada sebuah pernyataannya yang bikin Willem gerah; "Kami akan mengisolasi Soekarno dan membiarkannya layu seperti bunga yang tidak disiram."
Willem juga mengabarkan jika Ujeng adalah sosok yang terlalu sering mengunjungi parlemen Belanda dan juga wartawan. Isu tentang Dewan Jenderal dan rencana kudeta ia lontarkan dengan konsisten.
Ketika Willem bertanya mengenai waktu kudeta, Ujeng hanya menjawab singkat;Â "wait and see."
Willem masih antara percaya dan tidak percaya, hingga pemberontakan G30S PKI pun muncul di permukaan. Namun, ada yang meleset. Ternyata bukan Dewan Jenderal yang melakukan kudeta, tetapi merekalah yang menjadi korban.
Dugaan Willem, Ujeng bukan hanya spion, tetapi ia juga adalah False Whistle Blower (penyebar isu). Rencana kudeta djadikan pancingan kepada PKI untuk mengambil alih kekuasaan. Sementara militer AD-lah yang menjadi tokoh protagonisnya.