Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Karakter Fu Manchu yang Rasis, Alasan Mengapa Shang-Chi Dilarang di China

26 September 2021   19:54 Diperbarui: 26 September 2021   20:32 2633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tokoh Mandarin yang masih mirip dengan gambaran Fu Manchu (ign.com)

 

Film Shang-Chi memang fenomenal, tetapi juga kontroversial. Mengisahkan tentang superhero teranyar yang berdarah Tionghoa, namun tidak diterima di negara leluhurnya.

Strategi Marvel menciptakan Shang-Chi tiada lain untuk menggarap pasar Asia yang menggiurkan. Terbukti sukses, film Shang-Chi menuai banyak pujian. Ia dianggap berhasil menggabungkan unsur hiburan dan sekaligus mempromosikan nilai kultur Asia.

Namun, China melihatnya berbeda. Negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia ini memang sangat mudah curiga terhadap kapitalisme barat. Di satu sisi, China sendiri sedang getol-getolnya menjalankan propaganda nasionalisme bagi rakyatnya. Di sisi lain, hubungan antara pemerintah China dan AS memang sedang tidak harmonis.

China dikabarkan terus berupaya untuk menjauhi pengaruh budaya barat. Bukan hanya film, buku, atau karya literasi saja. Bahasa Inggris pun mulai dibatasi pengajarannya.

Alasan Film Shang-Chi Dilarang di China

Sumber gambar: diactura.com
Sumber gambar: diactura.com

Mungkin kita merasa reaksi pemerintah China terlalu berlebihan. Tapi, ada beberapa alasan mendasar mengapa China melarang penayangan film Shang-Chi ini.

Yang pertama terkait dengan aktor pemeran Shang-Chi, Simu Liu. Ia pernah memberikan pernyataan kontroversial tentang negeri leluhurnya dalam sebuah wawancara pada 2017 lalu.

Liu sendiri lahir di China dan berimigrasi ke Canada pada saat ia berusia 5 tahun. Dalam wawancara dengan CBC tersebut, Liu berkata tentang “banyaknya orang sekarat dan kelaparan di negeri komunis.”

Bukan hanya itu, Liu juga mengatakan bahwa berimigrasi ke Canada adalah mimpi bagi banyak orang China. Keluar dari negara dunia ketiga menuju tempat yang lebih baik untuk membesarkan anak-anak mereka.

Simu Liu tidak sepenuhnya salah, deskripsi yang ia berikan terkait dengan masa sulit di China sebelum era keterbukaan. Namun, cibiran lain juga muncul kembali. Kali ini bahkan menyerang pribadi Simu Liu. Ia dianggap tidak merepresentasekan “keindahan” paras orang China. Alias wajahnya tidak cukup tampan.

Namun, “keindahan” di sini bisa saja berarti luas. Selama hampir satu abad, kapitalisme barat telah menghina bangsa China melalui Shang-Chi. Tokoh Mandarin yang diperankan oleh Tony Leung disebutkan sebagai karakter antagonis yang berpotensi menimbulkan sentimen rasisme kepada orang China di seluruh dunia.

Karakter Fu Manchu yang Rasis

karakter asli Fu Manchu (thetimes.co.uk)
karakter asli Fu Manchu (thetimes.co.uk)

Jauh sebelum Mandarin ada, Shang-Chi adalah anak dari Dr. Fu Manchu dalam versi komik Marvel. Tokoh Fu Manchu dideskripsikan sebagai seorang kulit kuning yang paling jahat di dunia, tapi dicintai oleh rakyatnya.

Fu Manchu sendiri sudah lahir jauh sebelum Marvel Comics lahir (1939). Fu Manchu adalah tokoh fiksi karya penulis Inggris, Sax Rohmer. Ia muncul pertama kali pada tahun 1913, dalam bentuk 13 serial novel dengan judul; “The Mistery of Dr. Fu Manchu.”

Dalam upayanya menghidupkan tokoh Fu Manchu, Rohmer tidak segan-segan memperlihatkan pemikiran rasisnya. Fu Manchu digambarkan sebagai seorang yang jenius dan sekaligus menguasai ilmu hitam. Ambisinya tiada lain untuk menguasai dunia barat dengan segala kekuatannya.

Karakter ini mampu memberikan perasaan tidak nyaman orang kulit putih terhadap kehadiran kulit kuning. Termasuk memupuk perasaan benci kepada ras asia yang diwakili oleh orang China.

Deskripsi Fu Manchu juga sangat “kecina-cinaan.” Baju dari sutra bak kaisar China kuno, wajah kurus kering, mata sipit, janggut tipis panjang. Penggambaran ini sangat mewakiliki sosok stereotip orang barat terhadap orang China.

Bukan hanya itu, kelahiran ide Fu Manchu juga dikisahkan secara dramatis. Dalam sebuah rumor yang beredar, disebutkan bahwa Rohmer mendapatkan ide Fu Manchu dari sebuah permainan Ouija Board (jelangkung).

Dalam permainan tersebut, Rohmer bertanya, bagaimana caranya agar ia bisa menjadi penulis terkenal. Papan jelangkung tersebut pun kemudian memberikan jawaban jelas; CHINAMAN, alias Orang Cina. Syahdan, lahirlah tokoh Fu Manchu yang terkenal.

Keinginan Rohmer untuk membuat Fu Manchu sebagai Setan Asia benar-benar ia realisasikan dalam setiap oretannya. Beberapa kata yang provokatif kemudian bisa dilihat sebagai berikut;

“Ras kulit kuning paling berbahaya yang menjelma menjadi manusia.”

“Seorang dengan wajah berbentuk tengkorak, mata yang tajam, melambangkan sifat licik dan kekejaman dari seluruh ras timur.”

“Bayangkan seluruh kengerian dalam sebuah sosok, dan Anda akan mendapat gambaran dari Dr. Fu Manchu, reinkarnasi dari sosok ‘bahaya kuning’ (yellow peril).”

Yellow Peril

Tokoh Mandarin yang masih mirip dengan gambaran Fu Manchu (ign.com)
Tokoh Mandarin yang masih mirip dengan gambaran Fu Manchu (ign.com)

Menurut Jeff Yang, kolumnis CNN dan juga pemerhati komik Marvel, Fu Manchu diciptakan dengan sangat spesifik terhadap ancaman dari ideologi asing yang bisa membahayakan kedamaian bangsa barat. Dalam hal ini adalah komunis.

Yellow Peril sendiri juga bukan sekadar ungkapan. Bangsa kulit putih Amerika sangat mudah mengasosiasikannya dengan kejadian pada tahun 1969 di Oakland.

Ketika itu aktivis Jepang-Amerika, Richard Aoki membawa sebuah poster yang bertuliskan; “Yellow Peril Supports Black Power,” untuk mendukung pembebasan Huey Newton, seorang aktivis kemanusiaan berkulit hitam.  

Sejak saat itu, konotasi Yellow Peril pun berubah negatif. Dianggap sebagai pemberontakan kaum kuning dalam superioritas ras kulit putih yang masih berjaya di pada pertengahan tahun 1960an.

Tokoh Mandarin yang Lebih Lunak

Tony Leung sebagai pemeran Mandarin (weareresonate.com)
Tony Leung sebagai pemeran Mandarin (weareresonate.com)

Dalam versi film Marvel, Fu Manchu sudah tidak ada lagi. Hal yang sama juga sudah dilakukan pada versi komik sejak tahun 1983. Selain karena masalah kontrak kerja sama, Marvel juga menyadari besarnya potensi kebencian terhadap bangsa Asia yang bisa ditimbulkan dari karakter tersebut.

Tokoh Fu Manchu kemudian digantikan oleh Mandarin. Dalam film Shang-Chi, tokoh ini diperankan oleh Tony Leung, dan ia adalah ayah dari Shang-Chi.

Tony menuai banyak pujian. Aktingnya dianggap mampu untuk melunakkan persepsi para pencinta komik. Meskipun memainkan tokoh antagonis yang kejam, Tony mampu memunculkan sisi kemanusiaan Mandarin yang penuh cinta.

Kendati demikian, sejak kemunculan pertamanya pada komik, tokoh Fu Manchu sudah melekat di hati pembaca sebagai tokoh antagonis yang sulit dilenyapkan. Ia lekat dengan “bahaya kuning” yang sangat rasis.

Lagipula dalam versi komik, nama asli Mandarin tidak pernah terungkap. Ia semacam simbol titel yang bisa dipegang oleh siapa saja.

Dalam film Iron Man, tokoh Mandarin juga diperankan oleh Ben Kingsley. Ia adalah seorang impersonator yang dibayar untuk memerankan tokoh Mandarin. Hal ini semakin mengukuhkan lemahnya tokoh Mandarin dan sekaligus mengukuhkan karakter Fu Manchu sebagai “the real mandarin.”

Pemilihan nama Mandarin juga sangat erat dengan “euforia cina.” Dalam KBBI, kata mandarin memiliki dua arti, yakni; 1) pejabat dalam kekaisaran China, dan 2) bahasa China. Secara umum, mandarin memang lekat dengan segala sesuatu yang berbau China.

Dalam situasi hubungan pemerintah China dan AS yang semakin menghangat, “bahaya kuning” sangat mudah menjadi subjek propaganda bagi oknum yang tidak bertanggung jawab. Tujuannya tidak lain untuk menyebarkan kebencian kepada ras asia secara keseluruhan.

Seberapa bahaya pengaruh Fu Manchu

rottentomatoes.com
rottentomatoes.com

Dalam kurun waktu 1965 hingga 1969, tercatat 5 film Hollywood yang mengangkat tema ini. Judulnya adalah sebagai berikut;

The Face of Fu Manchu (1965), The Brides of Fu Manchu (1966), The Vengeance of Fu Manchu (1967), The Blood of Fu Manchu (1968), dan The Castle of Fu Manchu (1969).

Bukan hanya film saja, karakter Fu Manchu juga sudah sering muncul dalam berbagai karya literasi Amerika. Bahkan dalam beberapa cameo, tokoh Fu Manchu kerap dijadikan sebagai bahan olok-olokan, baik terhadap perasaan superioritas kulit putih, maupun parodi keluguan orang-orang Asia. Intinya, Fu Manchu telah menjadi bagian dari budaya Amerika.

Wasana Kata

irishtimes.com
irishtimes.com

Sebagai generasi kolonial, nama Fu Manchu sendiri sangat melekat di hati saya. Masih teringat percakapan Om Karel (adik ibu saya) dan kakek saya. Om Karel senang dengan karakter Fu Manchu, ia menganggapnya sebagai tokoh yang merepresentasekan superioritas orang China terhadap bule.

Sementara kakek saya justru kebalikannya. Ia tidak menganggap demikian. Baginya, karakter Fu Manchu adalah penghinaan bagi orang Tionghoa. Karena menurutnya, orang Tionghoa itu tidak kejam dan lebih bijaksana dalam menghadapi “lawan.”

Nah, persepsi yang berbeda ini yang bisa menjadi contoh, mengapa karakter Fu Manchu bisa berbahaya bagi kehidupan toleransi bangsa. Ia bisa menimbulkan sikap primordialisme kesukuan, sekaligus menjadi sumber kebencian.

Wajar saja jika pemerintah China melarang film Shang-Chi tayang di sana. Sikap rasisme akan selalu ada. Ia adalah bahaya laten yang bisa meledak kapan saja, melalui apa saja, dan oleh siapa saja.

Referensi: 1 3 4 5

SalamAngka™

Rudy Gunawan, B.A., CPS®

Numerolog Pertama di Indonesia – versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun