Bulan Mei 2017 pernah ada video yang viral di dunia maya. Isinya tentang ramalan almarhum Presiden ke-4, Gus Dur. (sumber: tribunnews.com)
Dalam video tersebut, ada beberapa tokoh seperti mantan Kapolri Sutarman, Menko Maves Luhut Binsar Pandjaitan, K.H. Said Aqil Siradji dan beberapa tokoh lainnya. Konon, prediksi Gus Dur tentang tokoh yang tampil benar-benar terjadi.
Selanjutnya video tersebut menyimpulkan mengenai 7 ramalan Gus Dur. Enam sudah terjadi, dan satu lagi belum.
Keenam ramalan Gus Dur tersebut adalah; 1) Lengsernya Soeharto, 2) Dirinya menjadi Presiden, 3) KH. Said Agil menjadi Ketua Umum PBNU, 4) Jenderal Sutarman jadi Kapolri, 5) Ahok jadi Gubernur, dan 6) Jokowi jadi Presiden.
Nah, ramal meramal memang sangat erat dengan tongkat estafet kepemimpinan di negeri ini. Belum 2024 saja, sudah banyak peramal kondang yang memprediksi siapa-siapa saja yang bakal jadi Presiden RI ke-8.
Namun, bisa dimaklumi. Sejak zaman Soeharto menjadi presiden ke-2, ramalan Joyoboyo tentang Satrio Piningit dan No-To-No-Go-Ro telah ramai mengisi bursa presiden ke-3 RI.
Lantas setelah Soekarno, Soeharto, muncul-lah Habibie, lalu Gus Dur, dan Megawati. Tidak berkonotasi "No" sama sekali.
Tapi, itu tidak penting. Hingga kini mitos Satrio Pininggit masih berlangsung. Entah sampai kapan.
Ternyata sebelum menjadi presiden, Soeharto juga telah banyak menerima wangsit bahwa ia akan menjadi presiden. Â
(1)
Salah satunya dari Romo Diyat. Ia adalah guru spiritual Soeharto.
Pria yang bernama asli Raden Raden Panji Soedijar Prawirokoesomo bukanlah orang sembarangan. Soeharto telah lama berguru kepadanya sebelum ia menjadi presiden.
Dilansir dari berbagai sumber, Pada suatu waktu Soeharto sedang menjalankan ritual tradisional bersama gurunya itu. Di sanalah Romo Diyat menerima bisikan gaib yang menyatakan bahwa Soeharto akan menjadi orang penting di negeri ini.
Soeharto akan menggantikan posisi Ahmad Yani dan lanjut menjadi sosok Jenderal yang lebih besar. Ramalannya terbukti, Soeharto benar-benar menggantikan Ahmad Yani. Dan bukan hanya sebagai Panglima TNI AD, tetapi juga Presiden. Posisi yang digadang-gadangkan banyak orang sebagai pengganti Sokarno di zamannya.Â
(2)
Soekarno turut meramalkan Soeharto menjadi Presiden.
Kisah ini berasal dari Tomi Darmadi. Ia adalah seorang purnawirawan kapten TNI-AD yang kebetulan berada di tempat kejadian ketika Soekarno meramal Soeharto. Ramalan tersebut kemudian dikisahkan dalam buku karya Roso Daras, yang berjudul: Total Bung Karno.
Kejadiannya pada tahun 1963. Saat itu, Soeharto telah sukses menjalankan misi sebagai Panglima Komando Mandala dalam Operasi Trikora pembebasan Irian Barat.
Selanjutnya, Bung Karno pun mulai mengampanyekan Operasi Dwikora, atau operasi "ganyang Malaysia." Sebagai Panglima diangkatlah Oemar Dhani dari Angkata Udara.
Seoharto pun kecewa. Ia kemudian menghadap Bung Karno dan menyatakan niat untuk mengundurkan diri. Bung Karno lantas bertanya;
"Kalau pensiun, terus kamu mau jadi apa?" tanya Soekarno.
"Kalau diizinkan, jadi gubernur di Irian Barat saja," jawab Soeharto.
Tidak disangka, Soekarno menolak permintaan Soeharto. "Tidak, kamu bukan gubernur, teruslah tirakat, takdir kamu di atas gubernur."
Entah Soekarno hanya menghibur Soeharto, atau dia memang bersungguh-sungguh. Secara territorial jabatan di atas gubernur tentu adalah presiden. Â
Selain Tomi, ada juga beberapa jenderal loyalis Soekarno yang hadir pada saat itu. Mereka adalah Mayjen Ginting, Mayjen Sukowati, Brigjen Juhartono, dan Brigjen Achmadi.
Soekarno kemudian melanjutkan pembicaraannya. Ia bertanya kepada Achmadi;Â "Mad, yang nanti mengganti saya siapa?"Â tanya sang proklamator.
"Mas Yani, Bung," jawab Achmadi merujuk kepada Jenderal Achmad Yani.
Bung Karno lantas membelalakkan matanya, isyarat tidak setuju, "Bukan, yang menggantikan saya itu tuh, yang celananya kombor," Soekarno berkata sambil menunjuk ke arah Soeharto yang duduk agak jauh dari posisi mereka berdua.
Pernyataan Soekarno ini sempat menjadi gunjingan di antara para petinggi AD saat itu. Tidak sedikit orang yang meremehkan Soeharto yang secara pendidikan tidak tinggi.
Sejarah kemudian mencatat, para Jenderal loyalis Bung Karno kemudian meringkuk dalam penjara Orde Baru dan barulah mereka sadar, ternyata Soekarno benar.
(3)
Penjual Batu Akik yang Berkunjung ke Rumah Soeharto
Bukan hanya guru spiritual dan Bung Karno saja, seorang penjual batu akik juga pernah meramalkan Soeharto akan jadi presiden. Kisah ini tertuang dalam buku otobiografi ibu Tien; Siti Hartinah Soeharto, Ibu Utama Indonesia.
Entah bagaimana awalnya, syahdan suatu hari seorang pria berusia 50 tahun berkunjung ke rumah Soeharto. Kala itu Soeharto masih berpangkat Mayor Jenderal di Pangkostrad.
Pria itu keturunan India dan berbicara dengan menggunakan campuran bahasa Indonesia dan Inggris. Pria tersebut kemudian diterima oleh Ibu Tien.
Ternyata sang pria adalah penjual batu akik. Berbagai jenis permata ia tunjukkan kepad ibu Tien, dan sang pemilik rumah tetap saja tidak tertarik.
Hingga kemudian pria asing itu mengeluarkan jurus ampuhnya. Ia mengaku kepada ibu Tien jika ia bisa meramal nasib seseorang.
Ternyata ibu Tien lebih tertarik kepada ramalan daripada batu akik. Pria India itu lantas komat-kamit dan menceritakan masa lalu ibu Tien. Ternyata banyak yang cocok.
Ibu Tien pun jadi penasaran. Ia ingin meramal masa depannya. Berbincang-bincang santai tapi serius, pembahasan berlanjut ke nasib Soeharto.
Sekali lagi sang peramal tersebut komat-kamit dan berkata;
"Madam... suami Madam akan berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dengan Mister Soekarno (presiden)."
Sontak ibu Tien hanya tersenyum, karena ia tidak percaya. Dalam pikirannya, jabatan tertinggi yang akan dipangku oleh Soeharto hanyalah Menteri/Panglima AD menggantikan Ahmad Yani.
Sang pria pun lanjut berkata; "Ibu tidak perlu percaya ramalan saya, yang ia perlukan hanya membayar jasa ramalan saya," sahut sang pria.
Ibu Tien lantas mengakhiri percakapan dan dengan bersungut-sungut menanyakan fee dari sang peramal.
"Forty thousand (empat puluh ribu), Mam," jawabnya.
Ibu Tien salah sangka, ia mendengar fourteen thousand atau empat belas ribu. Ibu Tien pun bergegas masuk dan mengambil 14.000 rupiah.
"Not Fourteen, Mam. Forty..."Â sang pria berkata lagi setelah menerima uang dari ibu Tien.
Ibu Tien mengaku menyesal menerima kunjungan pria India tersebut. Tersebab menurutnya, uang 40.000 terlalu mahal untuk sekadar ramalan.
Sang pria pun bergegas pergi setelah menerima bayaran dan sejak saat itu, ibu Tien tidak pernah bertemu lagi dengannya. Sang peramal yang entah kemana mungkin juga tidak tahu jika "suami" yang ia ramal seharga 40.000 adalah Soeharto.
**
Kembali kepada tujuh ramalan Gus Dur. Enam sudah kejadian, satu lagi belum. Apakah itu?
Ternyata isinya juga adalah figur yang akan jadi presiden Indonesia. Dan ia ternyata adalah Prabowo Subianto.Â
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H