Masyarakat Nusantara kuno mengkonsumsi segala jenis daging. Hewan ternak seperti ayam, sapi, kambing, angsa, bebek, babi, dan kerbau sudah biasa. Untuk hewan liar, yang paling populer adalah celeng, kijang, kalong, kera, beberapa jenis burung tertentu, dan kura-kura.
Cara masaknya tidak dijelaskan, hanya disebutkan sebagai "penganan yang disayur." Namun, para arkeolog menyatakan bahwa teknik memanggang yang diperkirakan paling populer.
Sayuran
Dalam prasasti-prasasti kuno, ada beberapa masakan sayuran yang disebut. Yang pertama adalah Rumwahrumwah alias lalapan. Ada juga kuluban alias sayur yang direbus.
Camilan
Banyak jenis camilan, tapi hanya Prasasti Sanguran di Malang yang mencatat keberadaan tambul atau dawdal. Sejenis camilan yang kita kenal sekarang dengan nama dodol.
Makanan Para Raja dan Bangsawan
Dalam masyarakat Jawa kuno, tidak ada catatan mengenai perbedaan jenis teknik memasak antara makanan para raja dengan masakan umum lainnya. Yang membedakan hanyalah hak istimewa untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu. Istilah ini disebut sebagai Rajamangsa.
Jenis makanan Rajamangsa antara lain adalah; kambing yang belum keluar ekornya, babi liar pulih, penyu badawang, babi liar matinggantungan, atau anjing yang dikebiri.
**
Dari hasil penelusuran, makanan asli Jawa kuno ternyata tidak mengenal jenis masakan berkuah atau sup. Jadinya masih penasaran, dimanakah keberadaan Chau-do yang disebut-sebut sebagai neneknya soto?