"Tuhan, ini owe, Acong." Itu saja.
Orang-orang yang mendengarkannya pada ketawa. Tapi, Acong tidak memedulikannya. Ia tetap melakukan rutinitas yang sama berulang-ulang.
"Tuhan, ini owe, Acong." Itu saja.
Suatu ketika si Acong jatuh sakit dan harus dilarikan ke ICU. Ia tidak bisa beraktivitas, apalagi ke pasar. Namun, dalam hatinya, ia selalu berdoa;
"Tuhan, ini owe, Acong." Itu saja dan berulang-ulang kali.
Hingga suatu waktu, si Acong bermimpi dalam sakitnya. Ada sesosok tubuh dengan wajah bersih. Ia kemudian memegang kepala Acong sambil berbisik.
"Acong, ini Owe."
Sontak, si Acong langsung terbangun dan meloncat dari tempat tidurnya. Dengan panik ia berlari-lari mengitari rumah sakit, dan berteriak;
"Suster, suster, mana Tuhan?"
Para suster yang kebingunan pun bertanya kepada si Acong, "Siapa yang kamu cari?"
"Tuhan, suster. Tadi Tuhan di sini pegang kepala owe," ujarnya.