Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ganefo: Fakta Olimpiade "Kiri" Indonesia yang Nyaris Terlupakan

8 Agustus 2021   10:08 Diperbarui: 8 Agustus 2021   10:37 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Olimpiade di Tokyo bukanlah kali pertama. Sebelumnya sudah ada pada tahun 1964. Namun, tim Indonesia dilarang bertanding di sana. Semuanya gegara Asian Games 1962 Jakarta.

Pada perhelatan Asian Games 1962 Indonesia tidak mengundang Israel dan Taiwan. Solidaritas terhadap bangsa Palestina dan dukungan kepada "Kebijakan Satu China," Tiongkok menjadi pemicunya.

Tampaknya Federasi Asian Games (AGF) tidak terima. Mereka pun mengadukannya kepada IOC. Sebagai reaksi, IOC memberikan sanksi bagi Indonesia. Dilarang mengikuti ajang Olimpiade Tokyo 1964.

Bukannya takut, Soekarno malah lebih galak. Bukan rahasia lagi jika situasi politik dalam negeri sedang hangat-hangatnya membahas isu anti nekolim (neokolonialisme dan imperialisme).

Konfrontasi dengan Federal Malaya dan Pembebasan Irian Barat adalah realisasinya.

Sebelumnya, Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1952 telah sukses menyatukan negara yang diistilahkan sebagai New Emerging Forces (NEFOS). Sementara negara barat yang sudah lama berjaya disebutkan sebagai Old Emerging Forces (Oldefo).

Soekarno memiliki sumber daya untuk melawan keputusan IOC yang ia anggap sebagai antek dunia barat. Asian Games telah menyediakan infrastruktur bagi perhelatan olahraga akbar.

Jalan tol telah selesai dibangun. Bahkan penginapan kelas dunia pun sudah ada.

Sisanya hanya semangat, dan Soekarno memilikinya. Posisi Indonesia bisa dikatakan cukup sentral dalam menggerakkan perjuangan dekolonisasi di Asia-Afrika.

Jadilah apa yang disebut GANEFO kepanjangan dari Game of New Emerging Forces. Bentuk perlawanan Soekarno terhadap keputusan IOC.  

Keputusan dibuat dengan sangat cepat. Menteri Maladi ditugaskan sebagai ketua Panpel. Konferensi persiapan dilaksanakan di Jakarta, bulan April 1963. Tercatat 10 negara hadir sebagai anggota tetap, dan 2 sebagai pengamat.

Hanya dalam waktu kurang dari tujuh bulan, Olimpiade tandingan ini sudah berlangsung. Tercatat 51 negara hadir sebagai peserta.

Tanggal 10 November 1963

Warga Jakarta telah datang memenuhi Stadiun Utama Gelora Bung Karno. Jalan Jenderal Soedirman terlihat penuh padat. Ratusan umbul-umbul dan bendera merah putih memenuhi jalan. Lautan massa rapat kelihatan.

Tiket pembukaan sudah habis. Jumlahnya disediakan untuk seratus ribu penonton. Itu pun masih banyak yang tidak kebagian.

Tak berapa lama, Soekarno turun dari Helikopter. Riuh sambutan penonton menyambut parade defile negara peserta.  

Harun Al-Rasjid, seorang atlet Indonesia berlari membawa obor. Tungku api Ganefo pun menyala. Bendera-bendera negara kontingen dikibarkan, diiringi dengan lagu Himne Ganefo.

Suasana kemudian kembali hening. Soekarno naik ke atas podium;

"Dengan ini, Ganefo Saya buka..." singkat dalam tiga bahasa. Indonesia, Inggris, dan Prancis.

Meriam didentumkan, balon-balon dilayangkan, ribuan merpati juga diterbangkan. Melambangkan kemeriahan, suka cita, dan perdamaian.

Jika Anda berpikiran bahwa Ganefo menyontek konsep Olimpiade, tidak 100% benar juga. Acara yang diinisiasi oleh Indonesia ini tidak sekadar pesta olahraga saja.

Ada tiga program utama dari Ganefo. Selain pertandingan olahraga, juga ada pesta seni, dan acara tur keliling Indonesia.

Semangatnya adalah kebersamaan. Menciptakan hubungan baik bagi muda-mudi Nefos. Membina relasi erat dari sesama pemangku kekuasaan.

Pesannya adalah kemandirian. Tanpa kemapanan barat, negara dunia ketiga pun bisa. Apa yang dilakukan atas nama imperialisme, seutuhnya hanya masalah kemauan dan tekad. Siapa pun bisa.

Seperti yang disampaikan Soekarno dalam pembukaan Konferensi Ganefo;

"Kami tidak anti IOC. Kami sepakat dengan idealisme Baron de Coubertin (pendiri Olimpiade modern), bahwa Olimpiade adalah tengan persatuan, perdamaian, dan persahabatan humanitas dunia."

Soekarno justru balik menuduh bahwa IOC yang bersikap sebaliknya. Mengagungkan imperialisme dan menyembah politik.

"Bagaimana perasaanmu, hai Komunis China! ketika kamu dikucilkan dari olahraga internasional hanya karena kamu negara komunis?" lanjut Soekarno dalam pidatonya.

Jelas IOC melawan. Mereka tidak bisa menolerir tindakan yang dianggap menyaingi konsep Olimpiade.

IOC malah balik menuduh Indonesia menggunakan olahraga sebagai ajang politik. Mereka menyatakan tidak mengakui Ganefo dan melarang atlit peserta untuk ikut dalam Olimpiade.

Dalam sejarah Indonesia, Ganefo minim perhatian. Ia tidak seanggun Konferensi Asia Afrika. Juga masih kalah dalam perhelatan Asian Games. Tidak banyak studi sejarah yang menyorotinya.

Mungkin, karena ajang ini tidak resmi diakui oleh IOC. Mungkin juga karena tidak sejalan dengan semangat Indonesia. Atau mungkin juga karena dianggap sebagai produk komunis.

Namun, satu hal yang pasti. Perhelatan Ganefo telah akbar pada tempatnya. Negara telah melaksanakannya, Warga Indonesia senang menyambutnya.

Di ibukota, aneka spanduk bertebaran. Ganefo kemauan sejarah, Ganefo: Gagasan Bung Karno Menjadi Milik Dunia, Ganefo: Pekik Kemenangan Dunia Baru.

Mulai dari bus kota hingga tembok kota, semuanya berlomba menghiasi diri. Ganefo bagaikan mantra sakti atas kedaulatan bangsa.

Di Sragen, Ganefo menjadi nama jembatan. Di Cengkareng, Ganefo jadi nama pasar. Di Jakarta, Ganefo menjadi nama es lilin. Di seluruh Indonesia, Ganefo dan Ganefowati jadi nama jabang bayi.

Rakyat Indonesia juga Bersatu padu mengumpulkan dana bagi perhelatan Olimpiade kiri ini. Mulai dari sumbangan uang, dukungan logistik, hingga cendera mata. 

Sebagai contoh, warga yang tinggal di lereng Gunung Merapi menggelar Dana Amal Ganefo. Hasil donasi yang mungkin tidak seberapa diberikan kepada pemerintah. Semuanya agar acara Ganefo sukses.

Dengan dihadiri oleh 51 negara di dunia, posisi Indonesia di kala itu telah sejajar dengan negara-negara tuan rumah penyelenggara Olimpiade lainnya. Sama-sama terhormat!

Referensi: 1 2 3 4

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun