Di era Soeharto, Wapres Adam Malik kena prank. Cut Zahara Fona namanya. Ia mengaku janin di tubuhnya bisa bicara, bahkan mengaji.
Menteri Agama bahkan memberi komentar di media massa. Sontak Cut Zahara bagai dewi. Orang pada antri dan mendengarkan sang janin mengaji. Dan memang betul! Semua orang mendengarkannya.
Media massa makin riuh, dan orang-orang menjadi lebih beriman. Para Kyai dan Ulama tak mau kalah. Mereka menyatakan mendukung fenomena gaib tersebut. Kun Fayakun; Jadilah, maka terjadilah.
Kecuali Dr. Herman Susilo. Ia hanyalah Kakanwil Kesehatan DKI. Ia berpendapat bayi dalam kandungan belum bisa buka mulut. Mustahil mengeluarkan suara.
Namun, ia justru mendapat ancaman pembunuhan. Sebabnya menyebarkan keraguan terhadap keyakinan akbar.
Hingga waktu yang berbicara. Tim dokter RSPAD, IDI, Polri, sampai Kejaksaan Agung turun tangan.
Hasilnya:Â 1) Tidak ada janin di rahim Cut Zahara. 2) Suara mengaji berasal dari tape recorder yang disembunyikan dalam pakaiannya.
Air Biru Buat Bensin
Kasus ini terjadi di era presiden SBY. Namanya adalah proyek Banyu Geni. Kehebatannya menggunakan air sebagai bahan bakar. Nama yang lebih keren lagi: Blue Energy.
Tapi, yang membuatnya mentereng, karena Presiden SBY merestui proyek tersebut dijalankan.
Teorinya masuk akal. Hidrogen terdapat dalam air. Hidrogen bisa digunakan sebagai bahan bakar. Tapi para petinggi lupa jika hidrogen harus disenyawakan dulu dengan karbon dan oksigen. Urusannya masih panjang!
Joko Suprapto-lah yang disebut sebagai pemilik ide brilian. Ia meminjam lokasi di kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk memasang instalasinya.