Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Christine Ha, Tunanetra Masterchef 2012, Ia Juga Seorang Penulis

4 Agustus 2021   05:48 Diperbarui: 4 Agustus 2021   05:49 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
christine ha (houstonchronicle.com)

Masakan adalah karya seni. Menggunakan hati mengolah makanan.

Di dalamnya ada mengolah, memotong, meracik, dan menghidangkan. Bagian per bagian adalah proses seni sesungguhnya.

Tentu dibutuhkan tubuh yang sehat untuk bisa memasak. Namun, hati adalah syarat yang lebih penting. Bahkan jika engkau memiliki cacat tubuh.

Seperti itulah yang ditunjukkan oleh Christine Ha. Ia bukan saja pemenang kompetisi lomba masak bergengsi, MasterChef 2012, tapi juga buta.

Hati para juri dan pemirsa begitu terpesona dengan penampilannya. Ketika ia berhasil menyelesaikan tantangan, para juri selalu menanyakan padanya;

"Apakah kamu benar-benar tuna netra?" Tanya Gordon Ramsey

Christine mengalami kebutaan sejak berusia 10 tahun. Ia didiagnosis menderita neuromyelitis optica. Sebuah kondisi yang mempengaruhi saraf penglihatannya.

Christine mulai belajar memasak pada saat ia berusia 20-an. Suatu hal yang tentu terasa janggal bagi sebagian orang.

Namun, ia memiliki tekad yang kuat. Sebagaimana prinsipnya bahwa "Di dalam setiap masakan pasti ada cinta." Dikutip dari CNN.

Ia merindukan mendiang ibunya di Vietnam. Rasa cinta itulah yang mendorong dirinya untuk memasak. Seperti yang sering dilakukan oleh sang ibu padanya.

Kehilangan indra penglihatan adalah kekurangan. Christine harus mengandalkan indra perasa sebagai gantinya. Tapi, disitulah letak kekuatannya.

Karena tidak bisa melihat, maka Christine mencicipi setiap bahan dan komponen masakan yang akan diolahnya. Untuk itu, ia jadi lebih detail dari para peserta lainnya.

Christine hampir mendominasi setiap babak kompetisi. Bukan hanya masalah rasa, tapi juga segalanya. Dengan kelihaiannya Christine berhasil memukau juri dengan presentasi makanannya yang apik.

"Cacat mata telah mengubah pola pikir saya tentang arti dari melakukan sesuatu," ujar Christine.

Belajar braille, menggunakan tongkat, adalah proses yang harus dilalui pada dunia barunya.

Tapi, Christine senang menulis dan memasak. Kedua hal inilah yang ia lakukan untuk menjadikan hidupnya semakin sempurna.

Christine adalah mahasiswa pasca sarjana di University of Houston, AS. Jurusannya, bidang penulisan kreatif.

Di dapur, Christine belajar secara otodidak. Ia memasak segala jenis masakan. Semua dilakukan dengan sepenuh hati.

Hingga ketika teman-temannya mendorongnya untuk mengikuti ajang MasterChef. Ia pun merasa tertantang.

Awalnya, ambisinya tidaklah besar. Ia hanya ingin menjadi inspirasi bagi orang banyak. Apa daya, babak demi babak berjalan dengan dominasinya. Ia muncul sebagai juara.

Pasca kememangannya, Christine berhasil mewujudkan mimpinya untuk menjadi inspirator kehidupan. Ia menerbitkan sebuah buku resep berjudul; judul "Recipes from My Home Kitchen: Asian and American Comfort Food." (2013).

Ia juga memimpin acara masak yang berjudul "Four Senses." Acara ini ditujukan khusus bagi para penyandang tunanetra.

Christine menjadi juri tamu MasterChef musim ke-4 dan juga tampil sebagai salah satu juri di acara MasterChef Vietnam.

Pada tahun 2014, Christine mendapat penghargaan Helen Keller Personal Achievement Award.

Ia juga memulai karirnya sebagai entrepreneur. The Blind Goat, di Houston, Texas, AS. Konsepnya kasual, menyediakan menu-menu jajanan kaki lima Asia Tenggara.

Restoran keduanya bernama Xin Chao. Mudah ditebak, menyediakan menu Chinese-Vietnam, sebagaimana namanya.

Christine Ha bukan saja tentang inspirasi. Tapi, juga determinasi. Memberikan contoh kepada orang banyak bahwa cacat tubuh bukanlah penghalang untuk berkarya.

Oh ya, jangan lupa. Christine Ha juga adalah seorang penulis. Berikut kutipannya yang mungkin bisa berguna bagi para penulis;

"Saya selalu mencintai menulis dan membaca. Bagi saya, itu adalah sebuah terapi. Kebutaan tidak menghalangiku dari menulis. Justru dari sana saya menemukan potensi, bagaimana menulis secara alami. Menulis sama dengan memasak. Gunakanlah hati."

Referensi: 1 2 3 

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun