Jadi ingat Mukidi.
Tokoh fiktif ini dulunya sering datang mengunjungi medsos. Ia adalah warga +62 dalam bentuk sosok semua pun bisa.
Kadang sopan, kadang pula kasar. Sesekali mengharukan, lebih sering menjengkelkan. Kadang bodoh, pintar pun cukup sering.
Semuanya tergantung dari alur kisah. Mukidi bisa tampil seperti siapa saja, apa saja, dan bagaimana saja.
Kita semua adalah Mukidi. Pemain sandiwara sesuai keinginan.
Dalam kasus Akidi, sebentar lagi opini akan terbelah dua. Bak konteslasi 2014 dan 2019.
Tapi, duit Akidi (mungkin) masih di Singapura. Bisa saja benar, kendati ada salahnya juga.
Kita semua adalah Mukidi. Pemain sandiwara juga butuh duit.
Siapa tahu saja duit Akidi (mungkin) ada di Singapura. Kenapa pemerintah tidak mengurusnya saja sekalian.
Kalau pun ternyata tidak ada. Ingat lho apa kata sang pegawai bank.
Mungkin saja ia berseloroh. Tapi, siapa tahu saja itu memang benar. Â