Taper Tantrum mengacu kepada awal mulanya masalah ini. Yang dilakukan oleh The Fed dalam waktu dekat adalah mengurangi QE. Artinya uang yang sudah banyak beredar kini akan ditarik lagi.
Cara paling cepat adalah dengan berhenti membeli asset (obligasi) dan menaikkan suku bunga.
Akhirnya banyak pelaku finansial dunia yang jadi panik. Dollar pun dikumpulkan untuk melunasi kredit, menekan kerugian investasi, dan jenggot Paman Sam akan kembali ke pangkuan ibu pertiwinya.
Ini termasuk dollar yang diinvestasikan di Indonesia. Semuanya akan "kabur" dari negeri ini. Dikenal dengan istilah Capital Outflow.
Dampaknya? Indonesia harus bersaing dengan Amerika.
Bagaikan melawan Goliath, Indonesia tidak punya David. Gegara dollar-dollar yang kabur, nilai rupiah melemah. Satu dollar AS tidak lagi 14.000. Entah berapa.
Sebagai contoh, pada tahun 2013-2014, gegara si Taper Tantrum ini, nilai tukar rupiah melemah sekitar 21%. Terburuk di Asia. Dari 9.000an menjadi 12.000an.
Tentu angka 21% tidak bisa dijadikan patokan. Masih banyak faktor lain lagi. Tapi bisa dijadikan sedikit gambaran.
Akibatnya, pelaku usaha yang berutang atau berdagang dengan menggunakan dollar akan rugi besar-besaran.
Surat Berharga Pemerintah (SBN) akan turun, emiten saham nasional tidak lagi menarik, harga perdagangan akan merosot. Semuanya dilego investor. Untuk dapat dollar.
Serangan Goliath bak Hulk yang sedang mabuk. Indonesia harus menggunakan tameng Kapten Amerika. Namun, tameng tersebut terlalu mahal. Indonesia sampai harus menaikkan suku bunga gegara tidak banyak lagi suplai Rupiah di pasaran.