Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Masomah Ali Zada, Terusir dari Negaranya demi Hak Wanita Pesepeda

27 Juli 2021   04:45 Diperbarui: 27 Juli 2021   04:50 1460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang menarik dari Olimpiade Tokyo 2020. Mereka adalah para atlit yang tergabung dalam kontingen tanpa negara.

Total ada 29 atlit yang bergabung dalam Tim Olimpiade Pengungsi akan berlaga di 12 cabang olahraga. Tentu ada yang bingung, para atlit ini mewakili apa dan siapa.

Namun, Masomah Ali Zada punya jawabannya;

"Saya mewakili kemanusiaan ," kata Ali Zada" kepada AFP.

Ia pantas mengatakan demikian. Ali Zada adalah pengungsi dari Afghanistan. Sejak tahun 2017 telah memboyong keluarganya ke Prancis.

infomigrants.net
infomigrants.net

Gadis kelahiran tahun 1996 ini sejak kecil sudah harus belajar menjadi pengungsi. Ia harus meninggalkan kampung halamannya dan pindah ke Iran. Semua akibat Taliban yang menguasai Kabul.

Pada usia 16 tahun, ia beserta keluarganya kembali ke negaranya. Saat itu Taliban tidak lagi menguasai Afghanistan. Namun, situasi belum sepenuhnya kondusif.

Masih ada sisa-sisa Taliban di Afghanistan. Meskipun tidak lagi berkuasa, mereka masih menyimpan ideologi. Terutama perlakuan terhadap wanita.  

Ali Zada adalah atlit balap sepeda. Seharusnya membanggakan. Namun, ada segelintir orang yang merasa bertanggung jawab.

euagenda.eu
euagenda.eu

Katanya perempuan tidak memiliki hak untuk naik sepeda. Ali Zada dan rekannya pun jadi bulan-bulanan. Disebutkan mereka bukan contoh yang baik bagi kaum wanita.

Namun, Ali Zada tetap bersepeda. Ia dan teman-temannya masuk dalam tim nasional Afghanistan.

Akibatnya, dirinya dan tim nasional wanita Afghanistan kerap mendapat kekerasan verbal dan serangan fisik saat bersepeda.

Pernah suatu waktu, Ali Zada sedang balap sepeda. Ia jatuh terjungkal. Seseorang memukulnya dari dalam mobil. Teman-temannya juga sama. Semua menghina wanita pesepeda.

oympics.com
oympics.com

Namun, Ali Zada tetap bersepeda. Ia dan teman-temannya berjuang melawan larangan dan cemohan.

Akibatnya, dirinya dan tim nasional wanita Afghanistan harus bertarung dengan maut pada saat latihan.

Ketika berada di jalan, atlit pesepeda lelaki sering membentuk formasi lingkaran. Atlit-atlit wanita berada di dalamnya. Ini untuk mencegah agar Ali Zada dan teman-temannya tidak kelihatan.

rowery.org
rowery.org

Namun, Ali Zada tetap bersepeda. Prestasinya tidak terbendung. Ia memenangkan berbagai ajang lomba bergengsi. Namanya semakin terkenal.

Akibatnya, tekanan tidak hanya datang dari publik saja. Keluarganya pun tidak terima.

Pamannya meminta agar orangtuanya melarang Ali Zada bersepeda. Lebih aman bagi wanita dan juga untuk keselamatan keluarga besar.

Namun, Ali Zada tetap bersepeda. Ia dan teman-temannya bertekad mempertahankan hak asazi.

Akibatnya, mereka mendapatkan nominasi Nobel Perdamaian 2016 silam.

antaranews.com
antaranews.com

Situasi semakin kacau, Ali Zada sampai harus meminta suaka di Prancis. Sedih rasanya diusir oleh teman dan saudara sebangsa.

Ia mendapat bea siswa dari Komite Olimpiade Internasional bagi atlit pengungsi. Dua tahun ia berkuliah di Universitas Lille, Prancis. Ia meraih gelar sarjana Teknik sipil.

Menjalani kuliah sambil tetap bersepeda.

parismatch.com
parismatch.com

Kini tugas Ali Zada semakin berat. Ia tidak mewakili dirinya sendiri, tapi juga 82 juta pengungsi di seluruh dunia yang tidak memiliki negara.

Ali Zada juga mewakili wanita yang hidup dalam lingkungan penuh tekanan, serta olahragawan dari kaum wanita Muslimah berhijab.

"Dengan mengikuti Olimpiade, saya ingin meyakinkan siapa pun yang melarang wanita bersepeda. Hijab wanita Muslimah bukan halangan untuk berprestasi," pungkas Ali Zada.

thejakartapost.com
thejakartapost.com

Apa yang telah dilalui oleh Ali Zada bukanlah perjuangan biasa. Melawan tindakan represif oleh saudara sebangsanya bukanlah hal yang mudah.

Aksi Ali Zada di Olimpiade adalah mercusuar bagi setiap perempuan yang belum mendapatkan haknya. Untuk setiap perempuan yang terusir dari rumahnya. Dan untuk setiap perempuan yang tidak memiliki hak bersepeda.

"Sakit rasanya diusir dari negara sendiri. Tapi, tidak ada pilihan lain. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa setiap wanita bebas melakukan apapun yang mereka inginkan."  Masomah Ali Zada

 

Referensi: 1 2 3

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun