Film Horor masih masuk dalam daftar teratas hiburan bagiku. Hantu seram mampu membuat diriku terbahak-bahak.
Janganlah mengatakan aku gila, sebabnya semua hanya hiburan semata.
Namun, tidak demikian di saat aku kecil. Film horor haram dalam kamusku. Jangankan film, kisah merinding saja sudah bikin lari terbirit-birit.
Sebenarnya awal perkenalan diriku dengan film horor dimulai dari Frankenstein jadul. Akan tetapi, pada masa itu, tidaklah menyeramkan.
Monster dalam lobus temporalku tiada beda dengan musuh Superman. Jahat tapi tidak menyeramkan.
Hingga aku menonton sebuah film horror Taiwan. Saya tidak lagi bisa mengingat judulnya. Namun, wajah hantu wanita yang muncul, masih kuingat hingga kini.
Suzanna? Jangan harap ada pada poster artis kesayangan remaja zaman kolonial. Ia adalah Ratu Horor Indonesia. Meskipun cantik, siapa sih yang rela tembok dindingnya dipasangin foto "Sundel Bolong?"
Sejak saat itu, aku pun punya defenisi sendiri.
Film horor barat dalam kamusku tiada bedanya dengan film monster. Menegangkan tapi tidak seram.
Sementara film horor Asia adalah film setan yang beneran. Menontonnya serasa mencari hantu tengah malam di kuburan.